Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 September 2025

Etika dan Tata Krama yang di Tanamkan Kepada Siswa

Penyuluh agama Katolik, Pakrin Manalu, S.Pd, melakukan penyuluhan ajaran Katolik kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Teluk Kuantan, Kuantan Singingi, Provinsi Riau, khususnya dalam konteks pendidikan, guna meningkatkan pemahaman iman dan membantu umat menjalankan ajaran agama, memupuk karakter sesuai nilai-nilai kekatolikan, serta membimbing dalam menghadapi persoalan agama dan sosial. 

 


Pakrin menyampaikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik, meliputi kebenaran, kebebasan, keadilan, dan cinta (amal). Nilai-nilai ini menjadi landasan moral dan etika dalam kehidupan umat, menekankan martabat manusia, solidaritas, tanggung jawab, dan kasih kepada sesama. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui doa bersama, partisipasi dalam sakramen, pembentukan karakter yang kuat, serta keterlibatan aktif dalam masyarakat untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian, sejalan dengan ajaran Yesus Kristus.

Siswa-siswi ditekankan untuk memiliki rasa hormat dan martabat yaitu menanamkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, serta memperlakukan semua orang dengan baik dan bermartabat. Pakrin Manalu mengingatkan siswa-siswi untuk menanamkan nilai nilai etika dan tata krama, mencakup sikap menghormati guru dan teman, menghormati orang tua atau orang yang lebih tua dari kita, menggunakan bahasa yang sopan, menjaga lingkungan sekolah serta tempat tinggal kita, bertanggung jawab, mengendalikan emosi, dan menghargai perbedaan. Dengan terbentuknya karakter dan kebiasaan baik sejak dini, maka sampai tua pun sudah biasa dan sudah terlatih. 

Sopan santun atau kebiasaan berperilaku yang didasarkan pada norma dan aturan serta nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik harus kita tanamkan.




PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN

Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita.



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Selasa, 16 September 2025

PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN
Oleh : Monarofia Br Singarimbun
Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Saudara saudari terkasih selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. 

Hari ini, injil Matius bercerita hal perumpamaan tentang Pengampunan. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita bukanlah perkara yang mudah. Tentulah kita menginginkan agar orang yang bersalah mendapatkan balasan atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap kita. Bahkan kita menginginkan agar orang yang bersalah itu lebih menderita lebih dari kita. Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita. 


Umat Allah yang terkasih. Walaupun kesalahan yang kita lakukan adalah kesalahan yang berat. Perumpamaan tentang pengampunan yang kita dengarkan hari ini, kiranya menyadarkan kita supaya kita tidak pernah membalas kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita. Ketika kita mengampuni kesalahan orang terhadap kita, maka hidup kita lebih tenang, daripada membalaskan kesalahan orang lain. 

Untuk itu saudara/i terkasih lewat injil hari ini marilah kita senantiasa mengampuni segala kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita.

Senin, 15 September 2025

Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka

Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 15 September 2025
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita


Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve,

Selamat memasuki Minggu ketiga pada Bulan Kitab Suci Nasional ….
 

Bapak-ibu terkasih, hari ini Gereja mengenang Santa Perawan Maria Berdukacita. Sehari setelah perayaan Salib Suci, kita diajak menatap sosok Maria, seorang ibu yang teguh berdiri di bawah salib Putranya. Kesetiaannya tidak hanya tampak ketika menerima kabar gembira dari malaikat, tetapi juga ketika harus menanggung pahitnya kehilangan. Meski telah kehilangan, namun imannya tetap teguh. Maria mengajarkan kita bahwa iman sejati bukan hanya bertahan di saat penuh sukacita, tetapi juga saat diliputi duka dan penderitaan. Ia tidak menolak kehendak Allah, melainkan tetap yakin bahwa di balik salib ada rencana keselamatan yang jauh lebih agung. Duka yang dialaminya bersatu dengan penderitaan Kristus yang membawa penebusan bagi dunia.

Bapak-ibu yang terkasih, dalam kehidupan kita pun ada kalanya kita harus memanggul salib baik dalam bentuk sakit penyakit, kesulitan hidup, persoalan keluarga, maupun pergumulan batin. Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Bapak-ibu yang terkasih, melalui peristiwa Yesus di Salib oleh orang yang di kasihi-Nya dan kesetiaan Bunda Maria sebagai Hamba Tuhan, dapat kita teladani bahwa dalam setiap pergumulan hidup Iman adalah Jembatan tak terlihat yang menghubungkan hati kita dengan Rencana Besar Tuhan, meskipun kita sering tidak dapat memahaminya. Iman menjadi dasar pegangan hidup kita untuk tetap percaya bahwa di balik duka yang kita terima, ada rencana teramat indah dari-Nya. Semoga melalui peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita ini, kita semakin diteguhkan untuk meneladani kesetiaan Maria: tetap percaya meskipun hati sedang terluka. Sebab iman kita dipanggil untuk bertumbuh, bukan hanya ketika terang hadir, tetapi juga ketika kegelapan melingkupi hidup.


Refleksi Pribadi : 

  • Bagaimana sikap saya ketika menghadapi penderitaan atau duka dalam hidup? Apakah saya lebih sering mengeluh, ataukah berusaha melihatnya dalam terang iman?
  • Apa arti salib dalam kehidupan saya sehari-hari, dan bagaimana saya bisa memaknai penderitaan sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah?
  • Dari pengalaman pribadi, adakah momen di mana saya merasakan kehadiran Tuhan justru di tengah penderitaan?
  • Apa langkah nyata yang bisa saya lakukan hari ini untuk menguatkan orang lain yang sedang berada dalam duka atau kesulitan?

Senin, 08 September 2025

HAL MENGIKUT YESUS

Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Dalam pelayanan: apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 08 September 2025
Lukas 14:25-33

HAL MENGIKUT YESUS
Oleh : Iwan Harjo Saruksuk, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau
 
 
Salve…
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini menantang kita dengan kata-kata Yesus yang keras: "Jikalau seseorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki, saudaranya perempuan, bahkan dirinya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Sekilas terdengar seolah Yesus meminta kita memutuskan kasih dengan keluarga. Namun sesungguhnya, Yesus ingin menekankan prioritas mutlak: kasih kepada-Nya harus di atas segala kasih yang lain. Apa Artinya Mengikut Yesus? Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. 
 
Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Kasih yang utama: kasih kepada Kristus menjadi sumber kasih sejati untuk keluarga kita. Bila Kristus diutamakan, kasih kita pada keluarga justru akan lebih murni. Memikul salib: artinya siap menanggung penderitaan, penolakan, atau pengorbanan demi tetap setia pada Injil. Menghitung biaya: Yesus mengibaratkan seperti orang yang hendak membangun menara atau raja yang hendak berperang. Mengikut Yesus bukan jalan pintas menuju kemudahan, tetapi jalan yang menuntut kesiapan dan kesadaran penuh.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus tantangan bagi Orang Dewasa dalam keluarga Apakah kita lebih sibuk mengejar harta, prestasi, atau kenyamanan, sampai melupakan doa dan Kristus sebagai pusat rumah tangga? Dalam pekerjaan: Apakah kita rela jujur meski harus kehilangan keuntungan? Apakah kita berani menolak korupsi, walau berarti kita harus memikul "salib" berupa tekanan dari atasan atau rekan kerja? Dalam pelayanan: Apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.
 
Menghitung Biaya Mengikut Kristus, Yesus tidak mau pengikut yang ikut hanya karena kagum atau ingin berkat. Ia ingin murid yang sadar konsekuensi. Seperti orang yang menghitung biaya sebelum membangun menara, kita pun harus menghitung: Apakah saya siap berkorban waktu, tenaga, dan kenyamanan demi iman saya? Apakah saya rela kehilangan sesuatu demi setia pada Kristus Apakah saya sadar bahwa mengikut Kristus bisa berarti melawan arus dunia? 

Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini mengajak kita untuk serius dan sadar penuh dalam mengikuti Yesus. Menjadi murid-Nya berarti: Menempatkan Dia di atas segalanya, bahkan di atas keluarga dan diri sendiri. Siap memikul salib dengan sabar. Melepaskan keterikatan pada harta duniawi. Kiranya Roh Kudus memberi kita hati yang berani, agar kita tidak takut memikul salib, dan memberi kita cinta yang tulus, agar Kristus selalu menjadi pusat hidup kita. Amin


Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan


Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan. 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan
Oleh : Repelita Br Sembiring
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Pada hari Minggu, kita merayakan Santa Perawan Maria diangkat kesurga. Maria Adalah Perempuan yang Istimewa, karena Ia dipilih Allah untuk menjadi perantara hadirnya Yesus, penyelamat dunia. Maria Adalah pribadi dengan iman yang hidup. Hal itu tampak dalam pujiannya kepada Allah “Magnificat” seperti yang kita dengar dalam Injil. Ia memuji Allah bukan hanya karena Allah berkarya dalam dirinya, tetapi juga Maria bersyukur karena ia melihat karya-Nya Allah dalam diri orang lain, lebih dalam diri mereka yang lapar, terbelenggu, tertindas dan menderita.


Apabila kita menelaah Lukas 1:39-56, maka berpusat pada perjumpaan Maria dan Elisabet, yang menunjukkan pentingnya iman, kerendahan hati, dan kuasa Allah yang membalikkan keadaan orang-orang yang rendah hati. Maria, yang beriman, pergi mengunjungi Elisabet yang lebih tua untuk berbagi sukacita dan mengalami penggenapan janji Tuhan. Magnificat Maria adalah pujian atas perbuatan besar Allah, yang meneguhkan bahwa Allah menjatuhkan yang sombong dan meninggikan yang rendah, serta mengisi orang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan kosong.


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita hanya bersyukur Ketika Allah mengabulkan doa atau memenuhi permintaan kita. Namun, mungkin kita kurang ikut bersyukur atas karya-Nya baik Allah dalam diri orang lain, seperti Maria kita diajak untuk belajar melihat karya-Nya Allah diluar diri kita dan turut mensyukuri dalam doa-doa kita. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Allah senantiasa meneladani Bunda Maria yang tulus hati berdoa melaksanakan perintah Allah serta taat terhadap kehendak Allah baik suka maupun duka sehingga memperoleh tempat di Surga. 

 

Apa Respons Maria? Setelah menyalami Elisabet, Maria menyanyikan kidung Magnificat sebagai respons penuh sukacita dan pujian atas tindakan Tuhan dalam hidupnya. Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Selasa, 02 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 01 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional…

Bapak-ibu yang terkasih, Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap bulan September memberi makna yang sangat kuat terhadap bacaan Injil hari ini. Melalui BKSN, Gereja Katolik di Indonesia mengajak umat beriman untuk semakin mencintai, membaca, merenungkan, dan menghidupi Kitab Suci. Dalam terang BKSN, kita pun diajak menyadari bahwa setiap kali membaca dan merenungkan Kitab Suci, Allah sebenarnya sedang berbicara secara pribadi kepada kita. Sabda itu bisa berupa penghiburan bagi yang berduka, semangat bagi yang lemah, teguran bagi yang salah arah, dan pengharapan bagi yang terpuruk. 

Bapak-ibu yang terkasih, hari ini kita diajak merenungkan tentang Yesus yang datang ke Nazaret, tempat di mana Ia dibesarkan. Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia. Mereka tidak bisa menerima bahwa Allah bekerja melalui seseorang yang mereka kenal sejak kecil. Inilah salah satu kelemahan manusia: sulit melihat karya Allah dalam hal-hal sederhana dan orang-orang yang dekat dengan kita. Yesus mengingatkan kita bahwa pewartaan Injil tidak hanya berhenti di lingkungan sendiri, tetapi harus terbuka bagi semua orang. 

Hari ini kita juga diajak untuk membuka hati, agar jangan menutup diri pada karya Allah hanya karena Ia hadir dalam cara yang sederhana mungkin lewat teguran seorang teman, nasihat orang tua, atau bahkan pengalaman sehari-hari yang tampak biasa. Sebagai refleksi pribadi, pada Bulan Kitab Suci Nasional ini menjadi kesempatan indah untuk bertanya kepada diri sendiri: sudahkah saya memberi waktu untuk membaca Kitab Suci setiap hari? Apakah saya membiarkan Sabda Allah hanya lewat begitu saja, atau sungguh mengubah cara saya berbicara, bersikap, dan bertindak? Apakah saya berani membawa kabar baik kepada sesama dalam kesederhanaan hidup sehari-hari?  Marilah kita sama-sama merenungi setiap pertanyaan refleksi tersebut di hati masing-masing.



Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil


Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu! Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi  Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil
Oleh : Marlina Ginting, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Ada satu pertanyaan yang kadang kita ajukan kepada Tuhan. 
Tuhan sedikit sajakah  orang yang diselamatkan?  Pertanyaan ini dapat menguncang hati kita. Apakah kita masuk  dalam bagian yang diselamatkan atau tidak.  Atas pertanyaan tersebut Tuhan  memberikan nasihat tentang apa yang harus kita lakukan , “ Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu!” 
Pintu yang sempit  adalah sebuah kiasan bahwa keselamatan tidak dapat dicapai dengan mudah butuh perjuangan, kesetiaan, kerendahan hati.  Pintu yang sempit mencerminkan komitmen total kepada Allah bukan sekedar pengakuan iman dengan kata-kata saja. Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Yesus memperingatkan bahwa kesempatan tidak abadi , mereka yang datang terlambat  bisa menemukan pintu yang sudah tertutup  dan sukar untuk masuk kembali. Ini mengingatkan bahwa waktu untuk bertobat adalah sekarang, bukan nanti.  

Di zaman sekarang pintu yang sempit bisa berarti, budaya instan, kesenangan sesaat,  hedonisme,  dunia digital, hiburan  media sosial  yang  tidak sesuai yang dapat menjerumuskan hidup kita. 

Kehidupan iman menuntut  kedisplinan doa, sakramen dan pelayanan nyata bukan sekedar simbol atau status. 

Umat yang dikasihi Yesus. Bacaan dari ibrani mengajak kita melihat bahwa kehajaran rohani bukanlah hukuman, melainkan ungkapan kasih Bapa. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 

Sebagai umat Allah yang baik apa yang harus kita lakukan dalam hidup sehari-hari  supaya kita termasuk dalam bagian orang-orang yang diselamatkan?  Kita perlu evaluasi  diri hidup sehari-hari, apakah kita sudah hidup dalam iman yang nyata atau sekedar dimulut saja. Hidup sebagai anak Allah dan terbuka pada koreksiNya, sesegera mungkin bertobat,  jadilah saksi Allah dalam komunitas dan lingkungan kita.

Tuhan beserta kita.

Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Sebagai manusia biasa kita pun bisa jauh dari Tuhan ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Apa hasilnya? Harta duniawi bersifat sementara dan dapat hilang, sedangkan harta surgawi adalah kekayaan rohani yang abadi dan berharga di mata Tuhan.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Damai Sejahtera untuk kita semua… 


Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, dalam injil hari ini Yesus menegur keras orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena hidup mereka tidak selaras dengan pengajaran yang mereka sampaikan. Mereka tampak saleh di depan orang lain, tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Mereka lebih sibuk menjaga aturan dan penampilan luar, namun lupa pada inti iman: kasih, kerendahan hati, dan kesetiaan kepada Allah. Injil hari ini mengingatkan kita, bahwa sebagai manusia biasa kita pun bisa jatuh dalam sikap serupa ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Kita bisa saja aktif melayani, tekun dalam doa, atau rajin mengikuti kegiatan rohani, tetapi jika semua itu hanya untuk dipuji, maka kita sedang menutup pintu Kerajaan Allah bagi diri kita sendiri. 

Bapak/ibu  yang  terkasih,  hari  ini  Yesus  kembali  mengingatkan,  bahwa  iman  sejati  tidak  diukur  dari banyaknya kata-kata indah atau aturan yang kita jaga, tetapi dari hati yang sungguh terbuka bagi Allah dan sesama.  Iman  sejati  selalu  menghasilkan  buah:  kerendahan  hati,  kejujuran,  kasih,  dan  kesediaan  untuk melayani.  Dihadapan  Tuhan,  kita  semua  sama  di  mata-Nya  tanpa  memandang  gender,  suku,  golongan maupun jabatan dalam pekerjaan.  

Kita  tidak  perlu  sibuk  untuk  mencari  berbagai  pengakuan  dari  dunia.  Cukup  setia,  tulus,  beriman  dan lakukan semua yang terbaik. Karena sejatinya, Tuhan lebih mengenal dan memahami apa yang ingin kita perbuat dan niat dalam diri kita. Jika kita melaksanakan berbagai tugas dari rumah maupun tempat kerja dengan hati yang tulus, maka kita pun akan semakin merasakan kedekatan jiwa dengan-Nya. Tiada yang mustahil bagi Tuhan. 


Refleksi Pribadi : 

  • Apakah aku sungguh menjalani imanku dengan hati yang tulus, atau hanya menjaga penampilan agar dilihat baik oleh orang lain? 
  • Apakah sikap hidupku saat menolong orang lain, membuatku semakin dekat dengan Tuhan, atau justru menjadi batu sandungan bagi mereka? 
  • Renungkanlah, apa saja tindakan yang sudah dilakukan untuk melayani sesama, dengan tulus tanpa mengharapkan pujian dari orang lain? 

Senin, 11 Agustus 2025

Mengalah Demi Kebaikan, Itulah Kemenangan


kebebasan rohani bukan berarti kita bebas berbuat seenaknya, melainkan dipakai untuk membangun kasih dan menjaga kedamaian. Yesus mengajarkan kita untuk memiliki kerendahan hati.



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 11 Agustus 2025


Mengalah Demi Kebaikan, Itulah Kemenangan

Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau



Salve, Salam Sejahtera untuk kita semua…

Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, Injil hari ini mengisahkan bahwa Yesus akan segera diserahkan ke dalam tangan manusia, mereka akan membunuh Dia, tetapi Ia juga akan bangkit pada hari ketiga. Maka, para murid pun merasa sedih mendengar penyampaian tersebut. Di tengah berita yang menggetarkan hati, muncul peristiwa baru yang penuh makna : pajak Bait Allah. Yesus sebenarnya bebas dari kewajiban itu karena Ia adalah Anak Allah, tetapi Ia memilih untuk membayar pajak demi menghindari perpecahan dan batu sandungan di tengah masyarakat. Dari peristiwa ini, mengajarkan bahwa kebebasan rohani bukan berarti kita bebas berbuat seenaknya, melainkan dipakai untuk membangun kasih dan menjaga kedamaian. Yesus mengajarkan kita untuk memiliki kerendahan hati, kesediaan berkorban, dan kebijaksanaan dalam mengambil langkah agar kesaksian iman kita tidak terhalang oleh hal-hal kecil yang bisa dihindari. 

Bapak ibu yang terkasih, Yesus kembali menunjukkan sebuah Mukjizat hari ini, dengan Mukjizat ikan yang membawa koin di mulutnya. Hal itu menunjukkan bahwa Allah mampu mencukupi kebutuhan kita dengan cara yang tak terduga. Ketika kita menjalankan tugas dan tanggung jawab demi kebaikan bersama, Tuhan akan menyediakan apa yang kita perlukan. Mari kita belajar dari Yesus untuk tidak mudah mempertahankan ego. Kadang, mengalah bukan berarti kalah, tetapi menang dalam kasih. Tuhan tahu hati kita, dan Ia sanggup mencukupi segala kebutuhan kita, bahkan melalui cara yang tidak pernah kita duga, seperti koin di mulut ikan. 

Semoga kita senantiasa menjadi umat yang rendah hati, penuh kasih, dan percaya sepenuhnya pada rancangan Tuhan.

Refleksi Pribadi :

  • Apakah kita telah menggunakan kebebasan rohani untuk membangun sikap mengasihi terhadap sesama kita?
  • Apakah selama ini kita telah rela menurunkan sikap ego demi persatuan dan kedamaian di lingkungan sekitar?
  • Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan senantiasa mencukupi kebutuhan ketika kita melangkah demi kebaikan?

Rabu, 06 Agustus 2025

Kaya Dihadapan Allah

Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 

Rabu, 06 Agustus 2025


KAYA DI HADAPAN ALLAH 

Oleh : Rianita Sirait, S.Pd

Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Bapak, ibu serta saudara/i yang dikasihi Tuhan, Dalam hidup ini, kita sering terjebak dalam kesibukan “menimbun.” Menimbun uang, jabatan, hubungan, properti, dan berbagai bentuk kekayaan yang dianggap bisa menjadi jaminan masa depan. Tak jarang kita berpikir bahwa uang, rumah, barang-barang mewah, atau kesuksesan duniawi akan membuat kita aman dan bahagia. 

Dalam konteks Lukas 12:13-21, Yesus menanggapi seseorang yang meminta agar Ia menyelesaikan masalah warisan. Namun Yesus tidak menjawab secara langsung, melainkan memberi peringatan tentang bahaya ketamakan dan ketergantungan pada kekayaan. Ia lalu menceritakan perumamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang sibuk menimbun harta untuk dirinya sendiri tetapi tidak "kaya di hadapan Allah." Orang kaya dalam perumpamaan Yesus tidak salah karena ia bekerja keras atau berhasil secara ekonomi. Tapi dia salah arah, dia berpikir bahwa hidupnya aman karena harta, padahal jiwa kosong dan tak pernah mencari Tuhan. 

Mungkin saja kita pernah mencintai Tuhan ketika semuanya berjalan baik. Kita merasa aman atas hasil kerja kita, lalu mulai menyimpan untuk diri sendiri, dan berhenti peduli pada sesama. Kita menimbun, tetapi tidak berbagi. Kita sibuk, tapi tidak pernah berdoa. Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama. 

Semoga kita mampu menjadi pribadi yang “kaya di hadapan Allah” dengan cara memperkaya hidup rohani kita dalam iman, kasih, kebaikan, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama.


Refleksi Pribadi:

  • Apakah kesibukan sibuk atau memberi makan?
  • Apakah aku masih menyediakan waktu untuk Tuhan dalam kesibukanku?
  • Apakah saya sudah membagi berkat kepada sesama yang membutuhkan?

Senin, 04 Agustus 2025

Yesus Adalah Berkat Bagi Kita Semua

Yesus  menegur  mereka karena  hanya  mencari  makanan  yang  fana,  bukan  makanan  yang  memberi  hidup  kekal.  Ia mengajak  mereka  untuk  mengarahkan  hati  kepada  hal  yang  lebih  dalam,  Diri-Nya  sendiri sebagai Roti Hidup. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 04 Agustus 2025

Yesus Adalah Berkat Bagi Kita Semua 
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 

Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Selamat hari Minggu... 
Shalom saudara-saudari yang terkasih,  pada  perikop  hari  ini, Yesus  mengatakan bahwa  Dialah  Roti  Hidup.  Banyak  orang  mencari Yesus karena sebelumnya mereka telah melihat mukjizat lima roti dan dua ikan. Mereka ingin terus mendapatkan makanan. Tetapi Yesus ingin mereka mengerti bahwa yang paling penting bukan makanan jasmani, tetapi makanan Rohani yaitu Dia sendiri. 


Yesus tahu bahwa kita sebagai manusia tidak hanya lapar karena perut kosong, tetapi juga karena hatinya. Kadang kita merasa gelisah, sedih, bingung, bahkan hampa. Itu tanda bahwa hati kita lapar akan kasih Tuhan. Kita butuh Yesus untuk mengisi kekosongan itu. Hari ini, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Dia tidak hanya memberi berkat, tetapi Dia adalah berkat itu sendiri. Saat kita menerima Dia melalui doa, sabda, dan Ekaristi kita akan merasa lebih tenang dan kuat menjalani hidup. 

Banyak orang dalam Injil hari ini mencari Yesus karena  mereka  telah  melihat  mukjizat  penggandaan  roti.  Namun,  Yesus  menegur  mereka karena  hanya  mencari  makanan  yang  fana,  bukan  makanan  yang  memberi  hidup  kekal.  Ia mengajak  mereka  untuk  mengarahkan  hati  kepada  hal  yang  lebih  dalam,  Diri-Nya  sendiri sebagai Roti Hidup. 

Saudara-saudari  yang  terkasih,  Yesus  bukan  hanya  memberi  makan  tubuh,  tetapi  juga mengenyangkan hati dan jiwa. Kita sering datang kepada Tuhan karena kebutuhan jasmani, rezeki, kesehatan, keberhasilan.  Itu tidak salah, tetapi Tuhan ingin kita bertumbuh dalam iman, bukan hanya karena berkat-Nya, tetapi karena siapa Dia bagi kita. Saat kita lapar secara Rohani dan merasa hampa, maka datanglah kepada-Nya. Ia tidak menolak, bahkan tetap menyambut kita dengan kasih yang melimpah. 

Refleksi : 

  1. Apakah aku lebih mencari Tuhan karena berkat-Nya, atau karena kasihku kepada-Nya? 
  2. Sudahkah aku memberi waktu untuk datang kepada Yesus dalam doa dan Ekaristi? 
  3. Bagaimana aku bisa menjadikan Ekaristi dan doa sebagai santapan rohani harianku?


Senin, 28 Juli 2025

Doa Indah yang Diajarkan Yesus

Dalam  dunia  yang  penuh tantangan,  seperti  tekanan  untuk  berkompromi  dengan  nilai-nilai  moral  atau  godaan  untuk mengutamakan ego, kita memohon kekuatan dari Allah untuk tetap setia. Kita juga memohon  perlindungan dari kuasa jahat yang dapat menjauhkan kita dari Allah. 


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 28 Juli 2025 


Doa Indah yang diajarkan Yesus 
Oleh : Irma Yofita Kembaren, S.Ag 
Penyuluh  Agama Katolik Kanwil Kemenag Prov. Riau 



Dasar Biblis: 

"Karena  itu  berdoalah  demikian:  Bapa  kami  yang  di  sorga,  Dimuliakanlah  nama-Mu,  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga. Berikanlah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat."  
 
Shalom… 
Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan. Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan langsung oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, menjadi pedoman doa yang sempurna bagi umat Kristen. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi cerminan hubungan intim antara manusia dan Allah, serta panduan hidup yang mencerminkan iman, harapan, dan kasih. 

Doa Bapa Kami doa yang sangat indah yang memiliki arti yang mendalam sebagai berikut: 

  1. “Bapa Kami yang ada di surga dimuliakanlah nama-Mu” Mengawali doa dengan menyebut Allah sebagai "Bapa" menunjukkan hubungan yang penuh kasih dan kepercayaan. Allah bukan hanya Pencipta yang jauh, tetapi Bapa yang peduli pada anak-anak-Nya. Memuliakan nama-Nya berarti kita menghormati dan memuliakan Allah dalam setiap aspek hidup kita. Dalam kehidupan sehari-hari, ini mengajak kita untuk hidup dengan integritas, menjaga perkataan dan perbuatan agar mencerminkan kemuliaan Allah. Misalnya, ketika  kita  berhadapan  dengan  situasi  sulit di tempat kerja  atau  keluarga,  kita  diajak  untuk bertindak dengan kasih dan kejujuran, sehingga nama Allah dimuliakan melalui hidup kita. 
  2. "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga" Bagian ini mengajarkan kita untuk merindukan kehendak Allah di atas kehendak pribadi. Kita dipanggil untuk menjadi agen Kerajaan Allah dengan menyebarkan kasih, damai, dan keadilan di  dunia.  Dalam  keseharian,  ini  bisa  berarti  memilih  untuk  mengampuni  seseorang  yang menyakiti  kita,  membantu  mereka  yang  membutuhkan,  atau  berdoa  agar  kehendak  Allah terwujud  dalam  keputusan-keputusan  penting,  seperti  dalam  keluarga  atau  komunitas.  Kita belajar untuk menyerahkan kendali hidup kita kepada Allah, percaya bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik. 
  3. "Berikanlah kami rezeki pada hari ini” Permenungan ini mengajarkan ketergantungan penuh kepada Allah untuk kebutuhan sehari-hari,  baik  jasmani  maupun  rohani.  Kata  "secukupnya"  mengingatkan  kita  untuk  hidup sederhana dan bersyukur atas apa yang telah diberikan, tanpa dikuasai oleh keserakahan. Dalam kehidupan modern yang sering kali mengejar lebih banyak harta atau prestasi, doa ini mengajak kita untuk percaya bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan kita.  
  4. "Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" Pengampunan  adalah  inti  dari  kasih  Kristiani.  Allah  mengampuni  dosa-dosa  kita,  dan  kita dipanggil  untuk  mengampuni  sesama.  Ini  adalah  panggilan  untuk  melepaskan  dendam  dan membangun relasi yang harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin menghadapi konflik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Doa ini mengingatkan kita untuk memaafkan, meskipun  sulit,  sebagai  wujud  kasih  dan  ketaatan  kepada  Allah.  Kita  juga  diajak  untuk merenungkan dosa-dosa kita sendiri dan memohon pengampunan Allah dengan hati yang tulus. 
  5. "Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat" Bagian  ini  adalah  doa  perlindungan  dari  godaan  dan  kejahatan.  Dalam  dunia  yang  penuh tantangan,  seperti  tekanan  untuk  berkompromi  dengan  nilai-nilai  moral  atau  godaan  untuk mengutamakan ego, kita memohon kekuatan dari Allah untuk tetap setia. Kita juga memohon  perlindungan dari kuasa jahat yang dapat menjauhkan kita dari Allah. Dalam praktiknya, ini bisa berarti berdoa sebelum mengambil keputusan besar, meminta hikmat untuk menghindari situasi  yang  dapat  membawa  kita  jatuh,  dan  tetap  berakar  dalam  iman  melalui  doa  dan pembacaan Kitab Suci. 

 
Mari  kita  renungkan  makna  mendalam  dari  setiap  bagian  doa  ini  dan  bagaimana  kita  dapat menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari. 

Tuhan memberkati kita semua!


Senin, 21 Juli 2025

Dengarkanlah panggilan-Nya di Tengah Kesibukan

Dalam  kesibukan  sehari-hari,  kita  sering  kali terjebak dalam rutinitas dan lupa untuk meluangkan waktu bersama Tuhan. Yesus kembali mengingatkan kita bahwa di tengah kesibukan, kita perlu menemukan waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan-Nya. Ini bukan hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 21 Juli 2025


              DENGARKANLAH PANGGILAN-NYA 
                      DI TENGAH KESIBUKAN 

             Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd
   Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, tema dari bacaan minggu lalu  adalah Diutus Untuk Membawa Kabar Gembira. Pada hari ini, kita di utus kembali untuk mendengarkan panggilan-Nya di tengah kesibukan kita. Bacaan Injil hari ini diambil dari Lukas 10:38-42, yang

menceritakan kisah Marta dan Maria. Dalam kisah ini, Yesus datang berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut Yesus, sementara Maria memilih untuk duduk di kaki Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya. Ketika Marta merasa kesal karena Maria tidak membantunya, Yesus menegur Marta dengan lembut, mengatakan bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik.  

Bapak-ibu yang terkasih, kisah hari ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana cara kita mengatur  waktu  dan  prioritas  dalam  hidup.  Dalam  kesibukan  sehari-hari,  kita  sering  kali terjebak dalam rutinitas dan lupa untuk meluangkan waktu bersama Tuhan. Marta mewakili kita  yang  sering  kali  terfokus  pada  pekerjaan  dan  tanggung  jawab,  sementara  Maria mengingatkan kita akan pentingnya mendengarkan suara Tuhan. Di dunia yang serba digital dan penuh dengan kesibukan pribadi, kita sering kali merasa tertekan dengan berbagai tuntutan. Namun, Yesus kembali mengingatkan kita bahwa di tengah kesibukan, kita perlu menemukan waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan-Nya. Ini bukan hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. 

Bapak-Ibu  yang  terkasih,  semoga  renungan  hari  ini  menginspirasi  kita  untuk  lebih mendekatkan  diri  kepada  Tuhan  dan  menemukan  keseimbangan  antara  pelayanan  dan mendengarkan.  Agar  dalam  setiap  kesibukan  yang  kita  laksanakan,  tidak  luput  dalam mendengarkan panggilan dari-Nya. Selamat merayakan hari Minggu, Tuhan memberkati. 

Refleksi untuk Umat: 

  1. Ingatlah  kembali,  di  dalam  kesibukan  sehari-hari,  bagaimana  cara  kita  meluangkan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan? 
  2. Apakah ada momen dalam hidup kita, di mana kita merasa lebih seperti Marta daripada Maria?  Lalu  sudahkah  kita  mampu  berubah  seperti  Maria?  Lantas  bagaimana  kita mengatasinya? 
  3. Apa yang dapat kita lakukan minggu ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di tengah rutinitas?


Senin, 14 Juli 2025

Siapakah Sesamaku Manusia?

Bagi Yesus, sesama bukan ditentukan oleh bangsa, agama, atau status sosial. Sesama adalah siapa saja yang membutuhkan kasih dan pertolongan. 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 14 Juli 2025 

Siapakah Sesamaku Manusia? 
Oleh : Roberto Parlindungan Panjaitan, S.Ag 
Penyuluh  Agama Katolik NON ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau  


Saudara-Saudari Terkasih, Perikop ini mengisahkan seorang ahli Taurat yang ingin mencobai Yesus dengan bertanya: "Apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Yesus menanggapi dengan mengarahkan kembali pada Hukum Taurat: mengasihi Allah dan sesama. Namun, si ahli Taurat bertanya lagi, "Siapakah sesamaku manusia?". Yesus menjawab dengan perumpamaan tentang seorang yang dirampok di perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho. Seorang imam dan seorang Lewi lewat, melihat korban, namun tidak menolong. Hanya seorang Samaria yang secara sosial dan agama dipandang rendah oleh orang Yahudi yang tergerak oleh belas kasihan, lalu merawat dan menolong orang itu dengan segala yang ia punya. Perumpamaan ini bukan hanya mengajarkan belas kasihan, tetapi juga mengguncang definisi eksklusif tentang 'sesama'. Bagi Yesus, sesama bukan ditentukan oleh bangsa, agama, atau status sosial. Sesama adalah siapa saja yang membutuhkan kasih dan pertolongan. 

Dalam dunia sekarang, kita bisa saja menjadi seperti imam dan Lewi terlalu sibuk, takut terlibat, atau merasa orang lain bukan "urusan kita." Tapi Yesus memanggil kita untuk hidup seperti orang Samaria itu: peka, peduli, dan siap bertindak walau harus berkorban. 

Saudara-saudari terkasih, Marilah kita merenungkan:
Apakah saya mudah membatasi siapa yang saya anggap "sesama"?
Apakah saya bersedia menolong bahkan ketika tidak nyaman atau tidak menguntungkan?
Apakah belas kasih masih menjadi dasar dalam relasi saya dengan orang lain?
Semoga hati kita juga bisa melihat kebutuhan sesama kita dan bertindak dengan kasih yang nyata.


Pace E Bene.

Minggu, 13 Juli 2025

Diutus Untuk Membawa Kabar Gembira

Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menjadi penyambung suara-Nya termasuk orang biasa. Mari kita mewartakan Firman Allah yang hidup ini kepada semua orang dengan dengan penuh cinta kasih.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Minggu, 13 Juli 2025

DIUTUS UNTUK MEMBAWA KABAR GEMBIRA 
      Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 

Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam Injil hari ini, Yesus mengutus dua belas murid-Nya untuk mewartakan pertobatan, mengusir roh jahat, dan menyembuhkan orang sakit. Ia memberi mereka kuasa, namun juga membatasi perbekalan mereka: tidak boleh membawa makanan, bekal, atau uang. Mereka harus mengandalkan penyelenggaraan Allah dan kebaikan hati sesama. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Kita pun diutus, meski bukan sebagai rasul secara formal, tetapi sebagai murid Kristus yang hidup di tengah dunia. Kita diminta mewartakan Kabar Gembira melalui kesederhanaan hidup, ketulusan hati, dan kasih yang nyata.

Yesus mengutus kita untuk pergi mewartakan Injil Kerajaan Allah secara sederhana, menyembuhkan orang-orang yang sakit, baik fisik maupun spiritual, dan mengasihi tanpa syarat siapa saja yang dijumpai sebagaimana Yesus mengasihi. Kita tidak melangkah maju berdasarkan kemampuan, kesempurnaan kita, atau kuat-kuasa yang kita miliki, melainkan sekadar dalam nama dan kuasa Yesus Kristus. Sang Guru dan Tuhan kita itu telah memilih kita dan memperlengkapi kita agar dapat melakukan kehendak-Nya oleh kuasa Roh Kudus yang hidup di dalam diri 

Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, semua apa yang kita lakukan, kita harus mulai dengan doa. Doa harus dilakukan dengan niat dan tenang. Kita minta kepada Allah, misalnya kita berdoa untuk mewartakan Firman Tuhan maka doa kita adalah Yesus Kristus, tolonglah kami agar dapat mengenali panggilan-Mu, menerima kuat-kuasa dan otoritas-Mu, dan setia dalam mewartakan Kerajaan Allah seturut kehendak-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, perkenankanlah kami meneruskan anugerah kesembuhan dari-Mu kepada semua orang yang membutuhkannya. Amin.

Bacaan dari Kitab Amos juga menegaskan bahwa Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menjadi penyambung suara-Nya termasuk orang biasa seperti Amos, yang hanya seorang peternak dan pengolah buah ara. Menarik bagi kita untuk mencatat bahwa bahkan dalam cerita pengutusan para murid ini, Yesus tetap berada di pusat. Yesus-lah yang memanggil kedua belas murid-Nya (Luk 9:1), seperti Ia pada awalnya telah memanggil masing-masing murid itu untuk datang dan mengikut-Nya. Dengan berjalannya waktu, Yesus telah menyatakan diri-Nya dan mensharingkan hidup-Nya dengan mereka. Mereka ini bukanlah rasul-rasul yang mengangkat diri mereka sendiri, dan mereka pun bukanlah pribadi-pribadi yang memiliki kharisma dan kemampuan secara alamiah. Satu-satunya hal yang membedakan diri mereka dengan orang-orang lain adalah relasi mereka dengan Yesus. Mari kita mewartakan Firman Allah yang hidup ini kepada semua orang dengan dengan penuh cinta kasih. Amin 

Senin, 07 Juli 2025

PARA UTUSAN

Ketika Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dengan itu para muridNya kembali memperoleh roh kudus melalui kedatangan Yesus di tengah-tengah para murid sehingga, Yesus kembali menggerakan hati setiap para murid untuk memberikan semangat berkobar dalam firman Allah. Saya sangat teringat dengan kisah Yesus mengutus para muridnya untuk memberitakan firman Allah sampai kepada semua orang

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 07 Juli 2025 



                 PARA UTUSAN 
     Oleh : Maria Elpina Padang, S.Pd 
Penyuluh  Agama Katolik Non ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau 

‘Supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu (Luk 10:2b)’

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Renungan pada hari ini Lukas menceritakan tentang Yesus mengutus para murid-murid-Nya. Kita mengetahui bahwa ketika Yesus beranjak dewasa Ia mencari beberapa pemuda yang ingin menjadi pengikut-Nya. Pemuda itu berasal dari setiap daerah yang berbeda-beda. Pemuda yang Ia jumpai juga berasal dari berbeda pekerjaan. Yesus mengumpulkan 12 murid yang ingin menjadi pengikut-Nya dan memberitakan firman Allah sampai ke sepenjuru dunia. Yesus selalu mengajarkan tentang kasih yang sepanjang perjalanannya diajarkan kepada muridnya. Pelajaran yang tampak pada para muridnya ialah seperti menyampaikan perumpamaan melalui orang-orang banyak di setiap daerah yang mereka jalani dan selanjutnya Yesus melakukan mujizat yang tampak dari ajaran kasih yang diberitakannya. Para muridnya semakin semangat dalam memberitakan firman Allah sampai mengutamakan kaum menderita dan tertintas. 

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Yesus mengajarkan tentang hal melayani untuk para muridnya untuk sesama. Melayani bukan dilayani, hal ini sangat penting diajarkan oleh Yesus untuk saling membantu dan mengasihi sesama. Ketika Yesus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dengan itu para muridnya kembali memperoleh roh kudus melalui kedatangan Yesus di tengah-tengah para murid sehingga, Yesus kembali menggerakan hati setiap para murid untuk memberikan semangat berkobar dalam firman Allah. Saya sangat teringat dengan kisah Yesus mengutus para muridnya untuk memberitakan firman Allah sampai kepada semua orang. 

Bapak-ibu yang terkasih. Saya mengingat pada suatu saat mendata umat di wilayah daratan tinggi di provinsi Sumatera Utara yang cuacanya sangat dingin. Saya ingat bahwa pelayanan yang di lakukan secara suka cita dan senang hati memperoleh karya pelayanan yang tulus ikhlas dan gembira. Saya merasakan bahwa ketika berjumpa dengan orang banyak untuk berbagi informasi sama halnya kita menyampaikan firman Allah yang sangat gembira. Saya juga ketika mengajarkan hal-hal yang sederhana untuk anak-anak saat sekolah minggu rasanya sangat gembira dan melepas penat yang ada di pikiran. Saya merasakan roh kudus yang di berikan oleh Yesus melalui anak-anak yang gembira yang hadir saat ingin berdoa dan ingin memuji nama Tuhan. 

Yesus tidak pernah mengajarkan tentang bagaimana cara kita mengajarkan orang lain demi memperoleh imbalan yang banyak, sebab hal apa yang akan kita berikan akan memberikan imbalan yang sangat besar dari Yesus Kristus. Jadilah saksi terang dunia bagi sesamamu untuk menjadi salah satu kasih yang telah diajarkan Yesus untuk pengikut yang setia. Janganlah ragu dan berdiam diri atas panggilan yang telah di ketuk oleh Yesus terhadap diri kita masing-masing manusia dalam menyebarkan kabar suka cita di tengah orang-orang banyak.
Tuhan Memberkati.

Minggu, 06 Juli 2025

Kelemahan Menjadi Kekuatan

Prasangka, kebiasaan, dan keterikatan emosional kadang mengaburkan mata iman kita. Akibatnya, seperti yang dikatakan Injil hari ini, Yesus tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana karena kurangnya iman mereka. Namun dalam Bacaan Kedua, Paulus menegaskan bahwa dalam kelemahan, kuasa Allah justru nyata. 
 
Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Minggu, 06 Juli 2025 

KELEMAHAN MENJADI KEKUATAN 
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 

Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Ketika kita menyadari keterbatasan diri dan berserah kepada Tuhan, kuasa-Nya akan sempurna dalam kelemahan kita, membuat kita kuat bukan karena kekuatan sendiri, tetapi karena kekuatan Tuhan yang bekerja melalui kita. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan. Ini adalah bagian dari kodrat manusia. Jangan mencoba menyembunyikan atau menutupi kelemahan, tetapi terimalah dan hadapilah dengan jujur. Dalam  2 Korintus 12:9 menyatakan, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Kelemahan kita menjadi panggung bagi kemuliaan Tuhan untuk dinyatakan. Ketika kita merasa lemah, sebenarnya kita sedang membuka diri agar kuasa Tuhan bekerja lebih nyata dalam hidup kita

Dalam Injil hari ini, Markus 6:1-6 Yesus kembali ke kampung halamannya di Nazaret. Alih-alih disambut dengan sukacita, Ia justru ditolak oleh orang-orang yang merasa terlalu mengenal-Nya: “Bukankah Ia ini tukang kayu?” Mereka tersandung oleh kenyataan bahwa Mesias ternyata begitu biasa di mata mereka. Yesus pun heran karena ketidakpercayaan mereka. Ia tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana, bukan karena Ia tidak mampu, tetapi karena hati mereka tertutup. Penolakan Yesus di kampung halamannya menggambarkan betapa sulitnya bagi kita untuk menerima kebenaran ketika datang dari orang-orang yang kita kenal. Dalam Nats Alkitab ini diberitahu kekita bahwa Ketika kita memiliki prasangka tentang seseorang, kita akan sulit mengenalnya secara utuh. Terlebih lagi bila prasangka itu berasal dari sumber lain dan bukan pribadi itu secara langsung. Begitu juga pengenalan kita akan Yesus. Apakah kita sudah benar-benar mengenal-Nya?

Bapak-ibu yang terkasih dalam Kristus. Prasangka, kebiasaan, dan keterikatan emosional kadang mengaburkan mata iman kita. Akibatnya, seperti yang dikatakan Injil hari ini, Yesus tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana karena kurangnya iman mereka. Namun dalam Bacaan Kedua, Paulus menegaskan bahwa dalam kelemahan, kuasa Allah justru nyata. Ketika kita merasa lemah, tidak layak, atau bahkan ditolak seperti Yesus, di situlah rahmat Tuhan bekerja paling kuat. Hal ini mengingatkan kita untuk membuka hati terhadap karya Allah, di mana pun dan melalui siapa pun Ia bekerja. Tuhan bisa berbicara melalui orang biasa dalam hidup kita baik keluarga, sahabat, bahkan orang yang sering kita abaikan. Saudara-saudari, kita perlu menenangkan diri dan menyelidiki hati dan pikiran kita. Datanglah kepada Tuhan dengan kerelaan untuk mengubah prasangka dan dengan keterbukaan untuk menerima pesan-Nya.


Refleksi :
  • Apakah aku pernah meremehkan orang lain karena latar belakang atau penampilan luarnya?
  • Bagaimana tindakan kita dalam menyikapi kelemahan pribadi, apakah kita membiarkan Tuhan bekerja melalui kekurangan kita?
  • Bagaimana pula tindakan kita dalam menyikapi kekuatan yang diberikan oleh Allah, apakah kita akan menyombongkan kelebihan tersebut?
  • Lantas apa yang harus kita lakukan bila melihat kekurangan yang sama pada sesama atau saudara kita dalam mengembangkan potensi dalam dirinya?

Minggu, 29 Juni 2025

KUNCI KERAJAAN SURGA

Yesus memberikan kepada Petrus kunci kerajaan Surga, menegaskan peran pentingnya dalam membangun Gereja-Nya di atas iman yang kokoh. Maka sama seperti Paulus yang mempertahankan imannya hingga akhir hayatnya 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik
Minggu, 29 Juni 2025 

KUNCI KERAJAAN SURGA 
Oleh : Yohana Agustina 

Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov Riau


Bapak/ibu, saudara/i Terkasih dalam Yesus Kristus.
Hari ini kita merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, dua pilar Gereja perdana. Petrus, seorang nelayan yang kemudian berubah menjadi rasul, dipilih oleh Yesus untuk menjadi batu yang diatasnya ia mendirikan Gereja-Nya.

Paulus, di sisi lain adalah seorang penganiaya terhadap orang-orang Kristen,yang kemudian menjadi pewarta yang penuh semangat, setelah dia bertemu dengan Kristus yang telah bangkit dijalan menuju damsyil. Meskipun ada perbedaan latar belakang dan kepribadian diantar keduanya, Petrus dan Paulus berbagai misi yang sama, yakni memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Dalam suratnya kepada Timotius, paulus, meyakinkan bahwa Allah akan melindungi dan menyelamatkannya dari segala kejahatan. Dia juga percaya bahwa mahkota kehidupan telah disiapkan baginya di surga, menegaskan harapannya yang kuat pada janji Allah.

Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya.

Bapak ibu yang dikasihi Tuhan. Dalam injil Matius, Yesus memberikan kepada Petrus kunci kerajaan Surga, menegaskan peran pentingnya dalam membangun Gereja-Nya di atas iman yang kokoh. Maka sama seperti Paulus yang mempertahankan imannya hingga akhir hayatnya, dan petrus yang diberikan kunci kerajaan surga, kita pun dipanggil untuk mempertahankan iman kita dalam segala situasi, sehingga kita dapat menjadi saksi yang setia dan terus-menerus membangun kerajaan Allah di bumi.

Minggu, 22 Juni 2025

YESUS MEMBERI MAKAN 5000 ORANG

Yesus meminta mereka untuk menyerahkan apa yang ada pada mereka yaitu lima roti dan dua ikan. Terlalu sedikit untuk kerumunan besar? Ya, secara manusiawi. Tapi di tangan Tuhan, apa yang sedikit bisa menjadi cukup, bahkan berlimpah, asalkan kita rela menyerahkan semuanya kepada-Nya. 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik  
Minggu,  22 Juni 2025



YESUS MEMBERI MAKAN 5000 ORANG 
Oleh : Neni Irawaty, S.Pd 
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov Riau


Bapak- Ibu yang dikasihi Tuhan.
Kisah Yesus memberi makan lima ribu orang bukan hanya tentang mukjizat menggandakan lima roti dan dua ikan, melainkan juga tentang belaskasih, partisipasi, dan berkat yang berlimpah. Ketika Yesus melihat kerumunan orang yang mengikuti-Nya, Ia tidak melihat beban atau gangguan. Ia melihat kebutuhan mereka baik rohani maupun jasmani. 

Saudara – saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus, Dalam kasih-Nya, Yesus mengajarkan bahwa iman yang sejati bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan dan dibagikan. Ia mengajar, menyembuhkan, dan memberi makan mereka. Namun mukjizat ini tidak terjadi begitu saja. Ia melibatkan para murid, meskipun mereka awalnya ragu. Yesus meminta mereka untuk menyerahkan apa yang ada pada mereka yaitu lima roti dan dua ikan. Terlalu sedikit untuk kerumunan besar? Ya, secara manusiawi. Tapi di tangan Tuhan, apa yang sedikit bisa menjadi cukup, bahkan berlimpah, asalkan kita rela menyerahkan semuanya kepada-Nya.

Bapak ibu dan saudara saudari, dua belas bakul sisa yang dikumpulkan bukan hanya soal efisiensi, tetapi menjadi simbol bahwa berkat Allah tidak hanya cukup, tapi melimpah-limpah. Ketika kita memberi dengan iman dan cinta, Tuhan akan melipat gandakannya untuk memenuhi kebutuhan banyak orang.

Refleksi Pribadi:
•    Apakah aku rela mempercayakan "lima roti dan dua ikan" ku kepada Tuhan?
•    Apakah aku percaya bahwa Tuhan bisa memakai hal kecil dalam hidupku untuk kebaikan yang besar?
•    Sudahkah aku menjadi saluran berkat bagi orang lain seperti para murid yang ikut ambil bagian dalam mukjizat ini?

Tuhan Memberkati. Amin

Minggu, 15 Juni 2025

HIDUP BERSAMA ROH KUDUS

Kita adalah orang-orang yang mengaku sebagai umat yang menerima Roh Kudus dalam hidup kita, namun sudahkah kita hidup dalam pimpinan-Nya? Sudahkah dua gaya hidup itu tercermin dalam kata dan perbuatan kita sehari-hari? Hiduplah dalam kebenaran dan muliakanlah Allah melalui hidup kita.

  

Renungan Penyuluh Agama Katolik
Minggu, 15 Juni 2025



HIDUP BERSAMA ROH KUDUS

Oleh : Japasmen Tinambunan, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov Riau 



Saudara yang dikasihi Tuhan.
Tritunggal mahakasih telah memberi yang terbaik demi kebahagiaan kita. Bapa menganugerahkan Yesus, anak-Nya yang Tunggal yang Ia kasihi. ( Yohanes 3:16 ). Yesus memberi  diri-Nya agar kita memiliki kehidupan dalam kelimpahan ( Yohanes 15:11 ) dan Bapa, dalam nama Yesus, mencurahkan  ke dalam hati kita, seluruh  daya cinta kasih-Nya  yang Ia miliki, yaitu : Roh Kudus

Sebagai umat Tuhan, seringkali kita mengaku bahwa kita adalah orang-orang yang telah menerima Roh Kudus dalam hidup kita. Namun, seberapa besar kita membiarkan Roh itu bekerja dalam diri kita? Kadang sekalipun kita mengaku bahwa Roh Kudus ada dalam hidup kita, kenyataannya kita tidak memberi ruang bagi-Nya untuk bekerja dan memimpin hidup kita.

Saudara-saudari, berdasarkan Injil Yohanes 16:12-15, orang yang hidup-Nya terbuka untuk dipimpin Roh Kudus seharusnya memiliki dua gaya hidup berikut ini:

1.    Hidup dalam kebenaran.
Kehadiran Roh Kudus dalam diri seseorang berfungsi sebagai penolong bagi orang itu untuk mengenali kebenaran-kebenaran yang Allah ajarkan. Yoh 16:13 mengatakan, “...apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran, sebab Ia tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Jika peran Roh Kudus seperti itu, maka sebenarnya orang yang hidup-Nya dipimpin Roh Kudus, akan semakin dimampukan untuk mengerti kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu. Jika ada orang yang mengaku dipimpin Roh Kudus, namun dirinya masih hidup dalam ketidak benaran, berarti orang itu belum memberi ruang bagi Roh Kudus untuk bekerja dalam hidupnya.

2.    Memuliakan Allah.
Siapapun yang hidupnya dipimpin Roh Kudus seharusnya orang itu hidup memuliakan Allah. Sebab, kehadiran Roh Kudus di dunia juga berperan untuk memuliakan Allah Bapa dan Yesus Kristus. Dalam Injil Yoh 16:14 firman Tuhan berkata, “Ia (Roh Kebenaran-red) akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”  Jadi barangsiapa yang hidupnya dipimpin Roh Kudus, tentu orang itu akan melakukan seperti apa yang dilakukan Roh itu bagi Allah, yaitu memuliakan Allah dalam sepanjang hidupnya.


Bagaimana dengan hidup kita? Kita adalah orang-orang yang mengaku sebagai umat yang menerima Roh Kudus dalam hidup kita, namun sudahkah kita hidup dalam pimpinan-Nya? Sudahkah dua gaya hidup itu tercermin dalam kata dan perbuatan kita sehari-hari? Hiduplah dalam kebenaran dan muliakanlah Allah melalui hidup kita. 

Bapak ibu yang terkasih, Allah adalah Sumber dan Pembangkit Hidup. Hidup Allah Bapa itu  nampak sepenuhnya dalam Pribadi Yesus, yang adalah Allah yang menjadi manusia. Kemudian Hidup Allah itu disebut Roh yaitu Nafas,  sebab manusia  dinyatakan masih hidup  jika ia masih bernafas. Kekuatan  kasih Allah adalah Roh Kudus yang dicurahkan kepada semua manusia. Oleh sebab itu hendaklah kita selalu bersyukur dan berterima kasih atas segala kasih dan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita melalui curahan Roh Kudus. Tuhan Yesus Memberkati ! Amin.



Popular Posts