Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Oktober 2025

MAKSUD BERDOA TIDAK JEMU-JEMU

Yesus menyatakan bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya berjalan sendiri dalam perjuangan hidup didunia ini. Ia senantiasa menyertai, memimpin, dan memerhatikan doa-doa orang beriman.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 20 Oktober 2025

MAKSUD BERDOA TIDAK JEMU-JEMU
Oleh : Ade Irma Sihombing, S.Pd
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau

 

Salve, 
Bapak/ibu saudara saudari yang terkasih dalam Kristus, ada ungkapan lama yang dikembangkan oleh Santo Benediktus yaitu Ora et Labora, Berdoa dan Bekerja, sebagai aktivitas yang setiap hari dilakukan beriringan oleh orang-orang beriman. Bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu dan juga bekerja dengan giat, penuh semangat. Dengan banyak cara, Allah yang Maha baik memerhatikan kita dan berkarya dalam hidup kita. 

Bapak/ibu saudara saudari terkasih dalam Kristus, setiap dari kita pasti pernah merasa lelah berjuang, lelah berharap, bahkan lelah berdoa. Ada saat-saat dimana kita merasa, seolah doa kita tidak menembus langit, seolah Tuhan diam. 

Dalam kitab keluaran dikisahkan bahwa orang-orang Israel, dipimpin oleh Yosua, berperang melawan orang-orang Amalek. Pasukan mereka mengalami kemenangan ketika Musa mengangkat tangan. Sebaliknya, mereka mengalami kekalahan ketika tangan Musa diturunkan. Ini menggambarkan bahwa sebuah perjuangan akan mendapat hasil yang baik ketika disertai dengan doa agar kuasa Tuhan berkarya dalam diri mereka. Sebaliknya, peperangan mereka berujung kekalahan ketika mereka mengandalkan kemampuan mereka sendiri, dan tidak berjalan bersama Tuhan. 
Sebuah gambaran yang indah tentang kuasa Doa dan ketekunan iman. Tangan Musa yang terangkat melambangkan doa umat Allah yang terus terarah kepada-Nya. Namun Musa hanyalah manusia, Ia pun lelah. Maka Harun dan Hur menopang tangannya agar tetap terangkat sampai matahari terbenam. Lihatlah, kemenangan tidak hanya datang dari kekuatan pedang Yosua, tetapi dari doa yang terus di jaga bersama-sama. Inilah gambaran Gereja, gambaran komunitas umat beriman: ketika satu mulai lemah yang lain menopangnya. Doa bukan perjuangan pribadi semata, tetapi perjuangan bersama-sama. 

Melalui perumpamaan tentang janda dan hakim dalam injil Lukas, Yesus menyatakan bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya berjalan sendiri dalam perjuangan hidup di dunia ini. Ia senantiasa menyertai, memimpin, dan memerhatikan doa-doa orang beriman. Kalau hakim yang lalim saja dapat berbuat baik, tidakkah Allah akan membenarkan para pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Ia akan mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? 

Saudara-saudari yang terkasih, kisah Musa, Timotius, dan janda yang tekun semuanya  menuntun kita pada satu hal, iman yang bertahan. Iman yang tidak berhenti berdoa walau hasil belum terlihat. Iman yang tetap teguh memegang sabda Allah walau dunia menawarkan jalan pintas.  

Semoga kita tidak pernah jemu-jemu untuk berdoa. Amin



Senin, 13 Oktober 2025

Jangan Lupa Bersyukur

Karena itu kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang, membantu yang lemah, menghibur yang sedih, menjaga ciptaan Tuhan, dan menghargai setiap orang.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 13 Oktober 2025
Luk 17:11-19

Jangan Lupa Bersyukur
Oleh : Ricki Nelson Pasaribu, S.Pd
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, bacaan hari ini seperti cambuk kecil yang mengingatkan kita akan bagaimana caranya bersyukur dengan hati yang tulus dan penuh iman. Kita mendengar kisah tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus, namun hanya satu orang samaria yang kembali untuk berterimakasih kepada Yesus. Ia bersujud dengan rendah hati dan memuliakan Allah, dan dia menerima berkat yang lebih besar, yakni tidak hanya kesembuhan fisik, tetapi juga keselamatan jiwa. Kepadanya Yesus berkata, “ imanmu telah menyelamatkan engkau”.


Sering kali kita lupa mengucapkan terimakasih kepada Tuhan setelah kita memperoleh apa yang kita inginkan, atau ketika doa dan harapan kita terpenuhi. Kusta dalam injil ini ibarat masalah atau pergumulan dalam hidup kita. Ketika masalah datang menghampiri, seringkali kita berdoa dengan tekun, rajin beribadah, bahkan sampai membuat suatu niatdan berjanji dalam hati kepada Tuhan atau bernazar kata orang. Sampai hal kecil pun kita seringkali lupa berterimakasih kepada Tuhan. Contohnya orang sering kali lupa doa sesudah makan. Ada juga beberapa orang yang dulu diwaktu rejekinya masih sedikit, dia sangat rajin mengikuti berbagai kegiatan di gereja, lingkungan, masyarakat dan bahkan kepada orang lain. Tetapi setelah berkat Tuhan mengalir deras di hidupnya dia perlahan-lahan mulai menghilang dari kesibukan melayani, berbagi, atau bahkan memuliakan Tuhan karena terlalu sibuk menikmati berkat dari Tuhan.

Bersyukur itu bukan hanya berdoa dan berterimakasih kepada Tuhan, tetapi syukur yang sejati mendorong kita untuk bertindak berbagi, melayani, dan memuliakan Allah lewat sikap dan kegiatan kita setiap saat. Karena itu kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang, membantu yang lemah, menghibur yang sedih, menjaga ciptaan Tuhan, dan menghargai setiap orang.

Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita mengucap syukur dalam segala hal, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, baik dalam sukacita maupun dukacita. Dengan bersyukur, kita juga melatuh diri untuk tetap rendah hati, menyadari keterbatasan kita, dan menaruh harapan hanya pada Tuhan. Mari kita menyapa, mendoakan, membantu, serta membiasakan mengucapkan terima kasih kepada semua orang. Amin.


Minggu, 05 Oktober 2025

Iman dan Kesetiaan

 

Seseorang yang beriman tidak hanya hanya sebatas ibadah, berdoa, dll. Tetapi bagaimana iman itu diwujudkan dalam kehidupan nyata kita setiap hari. Iman berarti bagaimana kita memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang sesedikit saja, bisa memampukan kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa dan tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Minggu, 05 Oktober 2025
Lukas 17:5-10

IMAN DAN KESETIAAN
Oleh : Romanus Luahambowo, S.Ag
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau

 

Salve,
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, injil hari ini berbicara tentang iman dan kesetiaan. Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah. Iman merupakan respons dan kepercayaan teguh manusia terhadap Allah, yang diwujudkan melalui tiga unsur utama: percaya, berserah diri, dan taat, serta ditopang oleh karunia Allah itu sendiri. Dalam injil-Nya hari ini iman diukur dengan besaran biji sesawi. Iman berarti bagaimana kita memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang sesedikit saja, bisa memampukan kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa dan tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan. Memindahkan pohon dengan iman yang sebesar biji sesawi, berarti memiliki kemampuan luar biasa. 

Tapi dalam hal ini, jangan sampai salah di mengerti bahwa iman merupakan ilmu gaib sehingga bisa memindahkan pohon. Iman artinya bagaimana kita mampu membawa perubahan, menggerakkan hati setiap orang yang berserah kepada Tuhan untuk melakukan kebaikan-kebaikan dari Tuhan, karena dengan beriman berarti kita mau menyerahkan diri kepada Tuhan , kita mau Tuhan yang berkuasa dan memimpin hidup kita, kita mau Tuhan yang berjaya atas hidup kita, kita bersedia jika Tuhan yang berkehendak atas setiap keinginan-keinginan kita bahwa atas hari esok kita. Ketika kita beriman, berarti kita siap untuk menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.

Saudara/i terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, seseorang yang beriman tidak hanya hanya sebatas ibadah, berdoa, dll. Tetapi bagaimana iman itu diwujudkan dalam kehidupan nyata kita setiap hari. Hari ini, dalam injil-Nya disampaikan bagaimana seorang hamba dengan penuh kerendahan hati mau melayani tuannya. Seorang hamba yang sudah berbuat kebajikan itu hanya melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati tanpa berpikir akan mendengarkan ucapan terima kasih dari sang tuan. Hamba itu hanya melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Jika seorang hamba biasa saja mau melakukan pekerjaannya tanpa mengharapkan imbalan atau sekadar ucapan terima kasih dari tuannya, apalagi kita para hamba-hamba Allah. 

Sebagai seorang hamba Tuhan, maka kita sudah selayaknya melakukan tugas pelayanan kita dengan setia dan penuh tanggung jawab. Sebagai seorang hamba, kita memang tidak boleh mengharapkan imbalan khusus, karena kita hanya melakukan apa yang diperintahkan kepada kita. Tugas pelayanan bukanlah sekadar kewajiban, melainkan haruslah suatu kesenangan untuk melakukan kehendak Dia yang kita kasihi dan yang mengasihi kita. 

Semoga kita semua  adalah hamba-hamba yang senantiasa bersukacita melayani Tuhan dalam diri sesama. Amin

Selasa, 30 September 2025

Keterbukaan Hati kepada Panggilan Allah

Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael sebagai utusan Allah : pembawa kabar, pelindung, dan penyembuh. Mereka mengajak kita agar lebih peka terhadap kehadiran Allah melalui orang lain dan melalui berbagai cara yang seringkali tak terduga.  

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Selasa, 30 September 2025

Keterbukaan Hati kepada Panggilan Allah
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Salve, Selamat memasuki Minggu keempat pada Bulan Kitab Suci Nasional ….

Bapak/ibu yang terkasih, hari ini Gereja katolik merayakan Pesta Malaikat Agung Mikael, Gabriel, dan Rafael, para utusan Allah yang senantiasa menjadi jembatan antara surga dan bumi. Pada Injil Yohanes (1:47-51) menampilkan Yesus yang memuji Natanael sebagai seorang Israel sejati, yang tidak memiliki kepalsuan di dalamnya. Yesus menegaskan bahwa Natanael akan menyaksikan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia, sebuah gambaran indah bahwa dalam Kristus, surga dan bumi dipersatukan. Pesan ini mengajak kita untuk hidup dengan hati yang tulus, tanpa kepura-puraan, serta membuka diri terhadap kehadiran Allah yang senantiasa hadir melalui firman-Nya melalui sesama. Pesta Malaikat Agung juga menjadi pengingat bahwa Allah selalu menjaga, menuntun, dan menyembuhkan kita, sama seperti Mikael yang melindungi, Gabriel yang membawa kabar sukacita, dan Rafael yang menuntun serta menyembuhkan.

 

Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, bulan ini semakin bermakna karena bertepatan dengan penutupan Bulan Kitab Suci Nasional. Kitab Suci, seperti malaikat, adalah utusan Allah yang membawa pesan kasih dan keselamatan ke dalam kehidupan kita. Sabda yang kita baca, renungkan, dan hidupi menjadi media yang menghubungkan kita dengan Allah. Oleh karena itu, penutupan bulan Kitab Suci tidak boleh menjadi akhir, melainkan awal baru untuk semakin akrab dengan Sabda Allah, membiarkannya hadir dalam hidup kita untuk menjadi pewarta sabda bagi sesama. 
 

Kita juga ikut merayakan Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael sebagai utusan Allah : pembawa kabar, pelindung, dan penyembuh. Mereka mengajak kita agar lebih peka terhadap kehadiran Allah melalui orang lain dan melalui berbagai cara yang seringkali tak terduga. Menjelang Penutupan Bulan Kitab Suci Nasional, kita diingatkan bahwa Kitab Suci bukan buku mati, tapi sabda hidup yang hadir ke dalam hati kita. Kitab Suci hendak menjadi jembatan antara langit dan bumi dalam hidup kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk menjadi utusan firman mendengarkan, memaknakan, dan membagikannya. Semoga kita, seperti Natanael, dipandang oleh Kristus sebagai pribadi yang jujur dan tulus, serta berani menjadi utusan-Nya di tengah dunia.

Refleksi Pribadi : 

  • Seberapa jujur dan terbuka diri kita di hadapan Allah? Apakah ada kepalsuan diri seperti pura-pura saleh, menyembunyikan pergumulan yang belum kita sampaikan kepada-Nya?
  • Apakah kita sudah cukup menyadari bahwa Allah, melalui berbagai cara (kitab, doa, sesama), “datang” kepadaku? Apakah kita cukup peka terhadap suara-Nya?
  • Dalam keseharianku, apakah kita berani menjadi utusan sabda, bukan hanya mendengarkan firman, tetapi membagikannya melalui perkataan dan tindakan?
  • Menjelang akhir bulan Kitab Suci Nasional, bagaimana caraku memperdalam relasi dengan Kitab Suci agar firman itu sungguh diresapi dalam kehidupanku?


Senin, 29 September 2025

ORANG KAYA dan LAZARUS YANG MISKIN

Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi Alkitab mengingatkan umat Allah bahwa kekayaaan dapat menjadi jebakan dan godaan yang menenggelamkan manusia ke dalam kebinasaan


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 29 September 2025

ORANG KAYA & LAZARUS YANG MISKIN
Oleh : Ignatius Tri Pamungkas S.M
Penyuluh Agama Katolik Non ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Minggu keempat pada Bulan Kitab Suci Nasional ….
Hari ini kita sampai pada perumpamaan di Lukas 16:19-31. Perumpamaan ini sering disebut dengan judul Perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus yang miskin.

 

Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin dapat dilihat sebagai sebuah  dua babak. Babak pertama merupakan presentasi dari kehidupan dan kematian di bumi, dan babak kedua yang menggambarkan surga dan neraka. Tuhan Yesus menceritakan kisah orang kaya itu berpakaian ungu seperti pakaian yang dikenakan raja-raja dan imam besar, orang kedua yang diperkenalkan hidup dalam kemiskinan. Meskipun menjalani kehidupan sebagai seorang yang tidak berarti, dia memiliki sebuah nama, ia dipanggil Lazarus.

Kematian datang dan berakhirnya penderitaan Lazarus, malaikat Allah datang dan membawanya ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, orang kaya itu masuk ke neraka tanpa membawa harta miliknya di dunia. Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi Alkitab mengingatkan umat Allah bahwa kekayaaan dapat menjadi jebakan dan godaan yang menenggelamkan manusia ke dalam kebinasaan

Kisah itu juga mengajarkan bahwa melakukan yang baik kepada sesama untuk memuliakan Tuhan adalah waktu hidup, bukan sesudah mati. Orang kaya itu bisa melakukan hal yang baik semasa hidupnya, tetapi ia tidak melakukannya. Ia memiliki harta yang melimpah untuk dipakai memuliakan Allah, tetapi ia melupakannya. Ia punya kesempatan untuk menolong orang yang lemah dan berkekurangan, tetapi dia tidak menggunakan kesempatan itu. Ia hanya hidup bersenang-senang dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya. Hatinya tidak tergerak ketika melihat Lazarus miskin mengambil remah-remah makanan di bawah kolong mejanya. Ia sampai hati melihat anjingnya menjilati borok-boroknya Lazarus tanpa berbuat sesuatu untuk menolong. Waktu ajalnya telah tiba, tidak ada kesempatan lagi baginya.

Pertanyaan bagi diri kita, mulai dari sekarang kah kita mempersiapkan diri, untuk bekal kita nanti pada saat kematian itu tiba ? atau kita memilih menikmati hidup didunia seperi orang kaya tersebut? Mari kita renungkan.



Rabu, 24 September 2025

Hidup Setia dalam Hal Kecil dan Besar

Mari bijaksana dan cerdas menggunakan segala sesuatu yang dipercayakan Allah kepada kita. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah.

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 24 September 2025
Lukas 16:1-13

 

Hidup Setia dalam Hal Kecil dan Besar
Oleh : Rotama Manullang, S.Ag 
Penyuluh Agama Katolik Non ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve …

Saudara-saudara yang terkasih, Injil hari ini menghadirkan perumpamaan tentang seorang bendahara yang tidak jujur namun cerdik. Yesus menceritakan bagaimana bendahara itu, ketika hendak dipecat karena menyalahgunakan harta tuannya, menggunakan cara cerdik dengan mendekati orang-orang yang berhutang kepada tuannya agar ia tetap memiliki teman ketika tidak lagi bekerja. Sekilas, perumpamaan ini bisa membingungkan. Mengapa Yesus memuji kelicikan seorang bendahara yang tidak jujur? Namun, inti dari pesan Yesus bukanlah mendukung ketidakjujuran, melainkan mengajak kita untuk bijaksana dan cerdas menggunakan segala sesuatu yang dipercayakan Allah kepada kita. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan menyadari beberapa hal penting dibawah ini:

1.    Harta duniawi bukanlah segalanya.
Yesus mengingatkan bahwa harta duniawi bersifat sementara. Uang bisa habis, jabatan bisa hilang, kekuasaan bisa runtuh. Namun, hidup yang dijalani dengan setia kepada Allah akan menghasilkan harta kekal di surga. Hal-hal kecil yang dimaksud bisa berupa kejujuran sehari-hari, ketekunan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, perhatian kepada sesama, dan ketulusan dalam keluarga. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah. 

2.    Setia dalam Hal Kecil, Baru Dipercaya Hal Besar.
Hal-hal kecil yang dimaksud bisa berupa kejujuran sehari-hari, ketekunan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, perhatian kepada sesama, dan ketulusan dalam keluarga. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah.

3.    Bijaksana Mengelola Waktu, Talenta, dan Harta.
Bendahara dalam perumpamaan itu memang licik, tapi ia bijaksana menggunakan kesempatan yang ada. Kita pun diajak untuk bijak mengelola apa yang Allah percayakan: Waktu: Jangan sia-siakan hanya untuk hal duniawi, tetapi gunakan juga untuk doa, pelayanan, dan karya kasih. Talenta: Gunakan kemampuan untuk membangun sesama, bukan hanya mencari keuntungan pribadi. 
Harta: Gunakan bukan hanya untuk kebutuhan sendiri, tetapi juga berbagi dengan orang miskin dan mendukung karya Gereja. 

4.    Mengabdi kepada Allah, Bukan Mamon.
Yesus menutup pengajaran ini dengan tegas: “Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Kita harus memilih: siapa yang kita layani? Allah atau mamon (harta duniawi)? Pilihan ini nyata dalam keseharian kita:

  • Apakah kita lebih memilih berdoa atau terus sibuk dengan pekerjaan?
  • Apakah kita rela berbagi atau hanya menumpuk kekayaan?
  • Apakah kita setia pada nilai Kristus atau kompromi demi keuntungan? 


Hari ini kita diingatkan untuk tidak terikat pada mamon, melainkan setia kepada Allah. Harta duniawi hanyalah sarana, bukan tujuan. Kesetiaan dalam hal kecil membawa kita pada kepercayaan untuk hal besar. Mari kita bijaksana, setia, dan memilih Allah sebagai satu-satunya Tuan hidup kita. Semoga ke 4 hal penting tersebut mampu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin



Iman Yang Kuat Tumbuh Dari Kesetiaan

Berdoalah, berharaplah, dan janganlah khawatir. Kekhawatiran itu tidak ada gunanya. Allah Maharahim dan akan mendengarkan doamu. Lewat teladan Santo Pius, kita diajak menyadari bahwa iman yang kuat tumbuh dari kesetiaan dalam hal-hal sederhana: doa yang tulus, kesediaan berkorban, dan ketaatan terhadap sabda Tuhan

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 24 September 2025

Iman Yang Kuat Tumbuh Dari Kesetiaan
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau



Salve, Selamat memasuki Minggu terakhir pada Bulan Kitab Suci Nasional ...
 
Hari ini Gereja merayakan Santo Pius dari Pietrelcina, atau yang biasa disebut Padre Pio. Ia adalah seorang imam sederhana dari Italia yang mendapat karunia istimewa berupa stigmata, yaitu luka-luka Kristus yang nampak dalam tubuhnya. Sepanjang hidupnya, Padre Pio dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, tekun berdoa, dan setia melayani umat, terutama lewat Sakramen Tobat. Kehidupannya menjadi contoh nyata bahwa doa yang sungguh-sungguh serta pengorbanan yang tulus bisa menjadi jalan menuju kekudusan.

Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini (Lukas 8:19-21) menceritakan sabda Yesus: “Ibuku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Perkataan Yesus ini mengingatkan kita bahwa kedekatan sejati dengan Tuhan bukan hanya soal ikatan keluarga atau tradisi keagamaan, tetapi lebih dalam lagi, yaitu ketaatan kita pada firman Allah. Hidup kita akan sungguh berarti jika kita mau mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Santo Pius juga mengajarkan bahwa doa adalah napas bagi jiwa. Ia pernah berkata: “Berdoalah, berharaplah, dan janganlah khawatir. Kekhawatiran itu tidak ada gunanya. Allah Maharahim dan akan mendengarkan doamu.” Ucapan ini mengajarkan kita untuk tetap bertekun dalam doa, walaupun sering kali jawaban Tuhan tidak datang sesuai keinginan atau waktu yang kita harapkan. Doa yang sejati bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan sikap hati yang rela menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam rencana Allah.

Bapak-ibu yang terkasih, lewat teladan Santo Pius, kita diajak menyadari bahwa iman yang kuat tumbuh dari kesetiaan dalam hal-hal sederhana: doa yang tulus, kesediaan berkorban, dan ketaatan terhadap sabda Tuhan. Semoga kita berani meniru semangat hidupnya, sehingga hidup kita pun bisa menjadi kesaksian nyata akan kasih Allah bagi orang-orang di sekitar kita.


Refleksi Pribadi : 
  1. Apakah kita sudah setia menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari, ataukah sering menomorkedua-kan doa di tengah kesibukan?
  2. Bagaimana kita menghidupi Firman Tuhan dalam keluarga, pekerjaan, dan pelayanan sehari-hari?
  3. Apakah kita pernah mengalami kekuatan doa yang mengubah hati kita dalam situasi sulit?
  4. Apa langkah konkret yang bisa saya lakukan hari ini untuk menjadi berkat melalui doa dan pengorbanan bagi orang lain?

Selasa, 16 September 2025

Etika dan Tata Krama yang di Tanamkan Kepada Siswa

Penyuluh agama Katolik, Pakrin Manalu, S.Pd, melakukan penyuluhan ajaran Katolik kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Teluk Kuantan, Kuantan Singingi, Provinsi Riau, khususnya dalam konteks pendidikan, guna meningkatkan pemahaman iman dan membantu umat menjalankan ajaran agama, memupuk karakter sesuai nilai-nilai kekatolikan, serta membimbing dalam menghadapi persoalan agama dan sosial. 

 


Pakrin menyampaikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik, meliputi kebenaran, kebebasan, keadilan, dan cinta (amal). Nilai-nilai ini menjadi landasan moral dan etika dalam kehidupan umat, menekankan martabat manusia, solidaritas, tanggung jawab, dan kasih kepada sesama. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui doa bersama, partisipasi dalam sakramen, pembentukan karakter yang kuat, serta keterlibatan aktif dalam masyarakat untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian, sejalan dengan ajaran Yesus Kristus.

Siswa-siswi ditekankan untuk memiliki rasa hormat dan martabat yaitu menanamkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, serta memperlakukan semua orang dengan baik dan bermartabat. Pakrin Manalu mengingatkan siswa-siswi untuk menanamkan nilai nilai etika dan tata krama, mencakup sikap menghormati guru dan teman, menghormati orang tua atau orang yang lebih tua dari kita, menggunakan bahasa yang sopan, menjaga lingkungan sekolah serta tempat tinggal kita, bertanggung jawab, mengendalikan emosi, dan menghargai perbedaan. Dengan terbentuknya karakter dan kebiasaan baik sejak dini, maka sampai tua pun sudah biasa dan sudah terlatih. 

Sopan santun atau kebiasaan berperilaku yang didasarkan pada norma dan aturan serta nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik harus kita tanamkan.




PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN

Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita.



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Selasa, 16 September 2025

PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN
Oleh : Monarofia Br Singarimbun
Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Saudara saudari terkasih selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. 

Hari ini, injil Matius bercerita hal perumpamaan tentang Pengampunan. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita bukanlah perkara yang mudah. Tentulah kita menginginkan agar orang yang bersalah mendapatkan balasan atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap kita. Bahkan kita menginginkan agar orang yang bersalah itu lebih menderita lebih dari kita. Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita. 


Umat Allah yang terkasih. Walaupun kesalahan yang kita lakukan adalah kesalahan yang berat. Perumpamaan tentang pengampunan yang kita dengarkan hari ini, kiranya menyadarkan kita supaya kita tidak pernah membalas kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita. Ketika kita mengampuni kesalahan orang terhadap kita, maka hidup kita lebih tenang, daripada membalaskan kesalahan orang lain. 

Untuk itu saudara/i terkasih lewat injil hari ini marilah kita senantiasa mengampuni segala kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita.

Senin, 15 September 2025

Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka

Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 15 September 2025
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita


Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve,

Selamat memasuki Minggu ketiga pada Bulan Kitab Suci Nasional ….
 

Bapak-ibu terkasih, hari ini Gereja mengenang Santa Perawan Maria Berdukacita. Sehari setelah perayaan Salib Suci, kita diajak menatap sosok Maria, seorang ibu yang teguh berdiri di bawah salib Putranya. Kesetiaannya tidak hanya tampak ketika menerima kabar gembira dari malaikat, tetapi juga ketika harus menanggung pahitnya kehilangan. Meski telah kehilangan, namun imannya tetap teguh. Maria mengajarkan kita bahwa iman sejati bukan hanya bertahan di saat penuh sukacita, tetapi juga saat diliputi duka dan penderitaan. Ia tidak menolak kehendak Allah, melainkan tetap yakin bahwa di balik salib ada rencana keselamatan yang jauh lebih agung. Duka yang dialaminya bersatu dengan penderitaan Kristus yang membawa penebusan bagi dunia.

Bapak-ibu yang terkasih, dalam kehidupan kita pun ada kalanya kita harus memanggul salib baik dalam bentuk sakit penyakit, kesulitan hidup, persoalan keluarga, maupun pergumulan batin. Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Bapak-ibu yang terkasih, melalui peristiwa Yesus di Salib oleh orang yang di kasihi-Nya dan kesetiaan Bunda Maria sebagai Hamba Tuhan, dapat kita teladani bahwa dalam setiap pergumulan hidup Iman adalah Jembatan tak terlihat yang menghubungkan hati kita dengan Rencana Besar Tuhan, meskipun kita sering tidak dapat memahaminya. Iman menjadi dasar pegangan hidup kita untuk tetap percaya bahwa di balik duka yang kita terima, ada rencana teramat indah dari-Nya. Semoga melalui peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita ini, kita semakin diteguhkan untuk meneladani kesetiaan Maria: tetap percaya meskipun hati sedang terluka. Sebab iman kita dipanggil untuk bertumbuh, bukan hanya ketika terang hadir, tetapi juga ketika kegelapan melingkupi hidup.


Refleksi Pribadi : 

  • Bagaimana sikap saya ketika menghadapi penderitaan atau duka dalam hidup? Apakah saya lebih sering mengeluh, ataukah berusaha melihatnya dalam terang iman?
  • Apa arti salib dalam kehidupan saya sehari-hari, dan bagaimana saya bisa memaknai penderitaan sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah?
  • Dari pengalaman pribadi, adakah momen di mana saya merasakan kehadiran Tuhan justru di tengah penderitaan?
  • Apa langkah nyata yang bisa saya lakukan hari ini untuk menguatkan orang lain yang sedang berada dalam duka atau kesulitan?

Senin, 08 September 2025

HAL MENGIKUT YESUS

Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Dalam pelayanan: apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 08 September 2025
Lukas 14:25-33

HAL MENGIKUT YESUS
Oleh : Iwan Harjo Saruksuk, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau
 
 
Salve…
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini menantang kita dengan kata-kata Yesus yang keras: "Jikalau seseorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki, saudaranya perempuan, bahkan dirinya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Sekilas terdengar seolah Yesus meminta kita memutuskan kasih dengan keluarga. Namun sesungguhnya, Yesus ingin menekankan prioritas mutlak: kasih kepada-Nya harus di atas segala kasih yang lain. Apa Artinya Mengikut Yesus? Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. 
 
Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Kasih yang utama: kasih kepada Kristus menjadi sumber kasih sejati untuk keluarga kita. Bila Kristus diutamakan, kasih kita pada keluarga justru akan lebih murni. Memikul salib: artinya siap menanggung penderitaan, penolakan, atau pengorbanan demi tetap setia pada Injil. Menghitung biaya: Yesus mengibaratkan seperti orang yang hendak membangun menara atau raja yang hendak berperang. Mengikut Yesus bukan jalan pintas menuju kemudahan, tetapi jalan yang menuntut kesiapan dan kesadaran penuh.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus tantangan bagi Orang Dewasa dalam keluarga Apakah kita lebih sibuk mengejar harta, prestasi, atau kenyamanan, sampai melupakan doa dan Kristus sebagai pusat rumah tangga? Dalam pekerjaan: Apakah kita rela jujur meski harus kehilangan keuntungan? Apakah kita berani menolak korupsi, walau berarti kita harus memikul "salib" berupa tekanan dari atasan atau rekan kerja? Dalam pelayanan: Apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.
 
Menghitung Biaya Mengikut Kristus, Yesus tidak mau pengikut yang ikut hanya karena kagum atau ingin berkat. Ia ingin murid yang sadar konsekuensi. Seperti orang yang menghitung biaya sebelum membangun menara, kita pun harus menghitung: Apakah saya siap berkorban waktu, tenaga, dan kenyamanan demi iman saya? Apakah saya rela kehilangan sesuatu demi setia pada Kristus Apakah saya sadar bahwa mengikut Kristus bisa berarti melawan arus dunia? 

Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini mengajak kita untuk serius dan sadar penuh dalam mengikuti Yesus. Menjadi murid-Nya berarti: Menempatkan Dia di atas segalanya, bahkan di atas keluarga dan diri sendiri. Siap memikul salib dengan sabar. Melepaskan keterikatan pada harta duniawi. Kiranya Roh Kudus memberi kita hati yang berani, agar kita tidak takut memikul salib, dan memberi kita cinta yang tulus, agar Kristus selalu menjadi pusat hidup kita. Amin


Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan


Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan. 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan
Oleh : Repelita Br Sembiring
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Pada hari Minggu, kita merayakan Santa Perawan Maria diangkat kesurga. Maria Adalah Perempuan yang Istimewa, karena Ia dipilih Allah untuk menjadi perantara hadirnya Yesus, penyelamat dunia. Maria Adalah pribadi dengan iman yang hidup. Hal itu tampak dalam pujiannya kepada Allah “Magnificat” seperti yang kita dengar dalam Injil. Ia memuji Allah bukan hanya karena Allah berkarya dalam dirinya, tetapi juga Maria bersyukur karena ia melihat karya-Nya Allah dalam diri orang lain, lebih dalam diri mereka yang lapar, terbelenggu, tertindas dan menderita.


Apabila kita menelaah Lukas 1:39-56, maka berpusat pada perjumpaan Maria dan Elisabet, yang menunjukkan pentingnya iman, kerendahan hati, dan kuasa Allah yang membalikkan keadaan orang-orang yang rendah hati. Maria, yang beriman, pergi mengunjungi Elisabet yang lebih tua untuk berbagi sukacita dan mengalami penggenapan janji Tuhan. Magnificat Maria adalah pujian atas perbuatan besar Allah, yang meneguhkan bahwa Allah menjatuhkan yang sombong dan meninggikan yang rendah, serta mengisi orang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan kosong.


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita hanya bersyukur Ketika Allah mengabulkan doa atau memenuhi permintaan kita. Namun, mungkin kita kurang ikut bersyukur atas karya-Nya baik Allah dalam diri orang lain, seperti Maria kita diajak untuk belajar melihat karya-Nya Allah diluar diri kita dan turut mensyukuri dalam doa-doa kita. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Allah senantiasa meneladani Bunda Maria yang tulus hati berdoa melaksanakan perintah Allah serta taat terhadap kehendak Allah baik suka maupun duka sehingga memperoleh tempat di Surga. 

 

Apa Respons Maria? Setelah menyalami Elisabet, Maria menyanyikan kidung Magnificat sebagai respons penuh sukacita dan pujian atas tindakan Tuhan dalam hidupnya. Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Selasa, 02 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 01 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional…

Bapak-ibu yang terkasih, Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap bulan September memberi makna yang sangat kuat terhadap bacaan Injil hari ini. Melalui BKSN, Gereja Katolik di Indonesia mengajak umat beriman untuk semakin mencintai, membaca, merenungkan, dan menghidupi Kitab Suci. Dalam terang BKSN, kita pun diajak menyadari bahwa setiap kali membaca dan merenungkan Kitab Suci, Allah sebenarnya sedang berbicara secara pribadi kepada kita. Sabda itu bisa berupa penghiburan bagi yang berduka, semangat bagi yang lemah, teguran bagi yang salah arah, dan pengharapan bagi yang terpuruk. 

Bapak-ibu yang terkasih, hari ini kita diajak merenungkan tentang Yesus yang datang ke Nazaret, tempat di mana Ia dibesarkan. Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia. Mereka tidak bisa menerima bahwa Allah bekerja melalui seseorang yang mereka kenal sejak kecil. Inilah salah satu kelemahan manusia: sulit melihat karya Allah dalam hal-hal sederhana dan orang-orang yang dekat dengan kita. Yesus mengingatkan kita bahwa pewartaan Injil tidak hanya berhenti di lingkungan sendiri, tetapi harus terbuka bagi semua orang. 

Hari ini kita juga diajak untuk membuka hati, agar jangan menutup diri pada karya Allah hanya karena Ia hadir dalam cara yang sederhana mungkin lewat teguran seorang teman, nasihat orang tua, atau bahkan pengalaman sehari-hari yang tampak biasa. Sebagai refleksi pribadi, pada Bulan Kitab Suci Nasional ini menjadi kesempatan indah untuk bertanya kepada diri sendiri: sudahkah saya memberi waktu untuk membaca Kitab Suci setiap hari? Apakah saya membiarkan Sabda Allah hanya lewat begitu saja, atau sungguh mengubah cara saya berbicara, bersikap, dan bertindak? Apakah saya berani membawa kabar baik kepada sesama dalam kesederhanaan hidup sehari-hari?  Marilah kita sama-sama merenungi setiap pertanyaan refleksi tersebut di hati masing-masing.



Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil


Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu! Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi  Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil
Oleh : Marlina Ginting, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Ada satu pertanyaan yang kadang kita ajukan kepada Tuhan. 
Tuhan sedikit sajakah  orang yang diselamatkan?  Pertanyaan ini dapat menguncang hati kita. Apakah kita masuk  dalam bagian yang diselamatkan atau tidak.  Atas pertanyaan tersebut Tuhan  memberikan nasihat tentang apa yang harus kita lakukan , “ Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu!” 
Pintu yang sempit  adalah sebuah kiasan bahwa keselamatan tidak dapat dicapai dengan mudah butuh perjuangan, kesetiaan, kerendahan hati.  Pintu yang sempit mencerminkan komitmen total kepada Allah bukan sekedar pengakuan iman dengan kata-kata saja. Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Yesus memperingatkan bahwa kesempatan tidak abadi , mereka yang datang terlambat  bisa menemukan pintu yang sudah tertutup  dan sukar untuk masuk kembali. Ini mengingatkan bahwa waktu untuk bertobat adalah sekarang, bukan nanti.  

Di zaman sekarang pintu yang sempit bisa berarti, budaya instan, kesenangan sesaat,  hedonisme,  dunia digital, hiburan  media sosial  yang  tidak sesuai yang dapat menjerumuskan hidup kita. 

Kehidupan iman menuntut  kedisplinan doa, sakramen dan pelayanan nyata bukan sekedar simbol atau status. 

Umat yang dikasihi Yesus. Bacaan dari ibrani mengajak kita melihat bahwa kehajaran rohani bukanlah hukuman, melainkan ungkapan kasih Bapa. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 

Sebagai umat Allah yang baik apa yang harus kita lakukan dalam hidup sehari-hari  supaya kita termasuk dalam bagian orang-orang yang diselamatkan?  Kita perlu evaluasi  diri hidup sehari-hari, apakah kita sudah hidup dalam iman yang nyata atau sekedar dimulut saja. Hidup sebagai anak Allah dan terbuka pada koreksiNya, sesegera mungkin bertobat,  jadilah saksi Allah dalam komunitas dan lingkungan kita.

Tuhan beserta kita.

Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Sebagai manusia biasa kita pun bisa jauh dari Tuhan ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Apa hasilnya? Harta duniawi bersifat sementara dan dapat hilang, sedangkan harta surgawi adalah kekayaan rohani yang abadi dan berharga di mata Tuhan.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Damai Sejahtera untuk kita semua… 


Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, dalam injil hari ini Yesus menegur keras orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena hidup mereka tidak selaras dengan pengajaran yang mereka sampaikan. Mereka tampak saleh di depan orang lain, tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Mereka lebih sibuk menjaga aturan dan penampilan luar, namun lupa pada inti iman: kasih, kerendahan hati, dan kesetiaan kepada Allah. Injil hari ini mengingatkan kita, bahwa sebagai manusia biasa kita pun bisa jatuh dalam sikap serupa ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Kita bisa saja aktif melayani, tekun dalam doa, atau rajin mengikuti kegiatan rohani, tetapi jika semua itu hanya untuk dipuji, maka kita sedang menutup pintu Kerajaan Allah bagi diri kita sendiri. 

Bapak/ibu  yang  terkasih,  hari  ini  Yesus  kembali  mengingatkan,  bahwa  iman  sejati  tidak  diukur  dari banyaknya kata-kata indah atau aturan yang kita jaga, tetapi dari hati yang sungguh terbuka bagi Allah dan sesama.  Iman  sejati  selalu  menghasilkan  buah:  kerendahan  hati,  kejujuran,  kasih,  dan  kesediaan  untuk melayani.  Dihadapan  Tuhan,  kita  semua  sama  di  mata-Nya  tanpa  memandang  gender,  suku,  golongan maupun jabatan dalam pekerjaan.  

Kita  tidak  perlu  sibuk  untuk  mencari  berbagai  pengakuan  dari  dunia.  Cukup  setia,  tulus,  beriman  dan lakukan semua yang terbaik. Karena sejatinya, Tuhan lebih mengenal dan memahami apa yang ingin kita perbuat dan niat dalam diri kita. Jika kita melaksanakan berbagai tugas dari rumah maupun tempat kerja dengan hati yang tulus, maka kita pun akan semakin merasakan kedekatan jiwa dengan-Nya. Tiada yang mustahil bagi Tuhan. 


Refleksi Pribadi : 

  • Apakah aku sungguh menjalani imanku dengan hati yang tulus, atau hanya menjaga penampilan agar dilihat baik oleh orang lain? 
  • Apakah sikap hidupku saat menolong orang lain, membuatku semakin dekat dengan Tuhan, atau justru menjadi batu sandungan bagi mereka? 
  • Renungkanlah, apa saja tindakan yang sudah dilakukan untuk melayani sesama, dengan tulus tanpa mengharapkan pujian dari orang lain? 

Senin, 11 Agustus 2025

Mengalah Demi Kebaikan, Itulah Kemenangan


kebebasan rohani bukan berarti kita bebas berbuat seenaknya, melainkan dipakai untuk membangun kasih dan menjaga kedamaian. Yesus mengajarkan kita untuk memiliki kerendahan hati.



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 11 Agustus 2025


Mengalah Demi Kebaikan, Itulah Kemenangan

Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau



Salve, Salam Sejahtera untuk kita semua…

Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, Injil hari ini mengisahkan bahwa Yesus akan segera diserahkan ke dalam tangan manusia, mereka akan membunuh Dia, tetapi Ia juga akan bangkit pada hari ketiga. Maka, para murid pun merasa sedih mendengar penyampaian tersebut. Di tengah berita yang menggetarkan hati, muncul peristiwa baru yang penuh makna : pajak Bait Allah. Yesus sebenarnya bebas dari kewajiban itu karena Ia adalah Anak Allah, tetapi Ia memilih untuk membayar pajak demi menghindari perpecahan dan batu sandungan di tengah masyarakat. Dari peristiwa ini, mengajarkan bahwa kebebasan rohani bukan berarti kita bebas berbuat seenaknya, melainkan dipakai untuk membangun kasih dan menjaga kedamaian. Yesus mengajarkan kita untuk memiliki kerendahan hati, kesediaan berkorban, dan kebijaksanaan dalam mengambil langkah agar kesaksian iman kita tidak terhalang oleh hal-hal kecil yang bisa dihindari. 

Bapak ibu yang terkasih, Yesus kembali menunjukkan sebuah Mukjizat hari ini, dengan Mukjizat ikan yang membawa koin di mulutnya. Hal itu menunjukkan bahwa Allah mampu mencukupi kebutuhan kita dengan cara yang tak terduga. Ketika kita menjalankan tugas dan tanggung jawab demi kebaikan bersama, Tuhan akan menyediakan apa yang kita perlukan. Mari kita belajar dari Yesus untuk tidak mudah mempertahankan ego. Kadang, mengalah bukan berarti kalah, tetapi menang dalam kasih. Tuhan tahu hati kita, dan Ia sanggup mencukupi segala kebutuhan kita, bahkan melalui cara yang tidak pernah kita duga, seperti koin di mulut ikan. 

Semoga kita senantiasa menjadi umat yang rendah hati, penuh kasih, dan percaya sepenuhnya pada rancangan Tuhan.

Refleksi Pribadi :

  • Apakah kita telah menggunakan kebebasan rohani untuk membangun sikap mengasihi terhadap sesama kita?
  • Apakah selama ini kita telah rela menurunkan sikap ego demi persatuan dan kedamaian di lingkungan sekitar?
  • Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan senantiasa mencukupi kebutuhan ketika kita melangkah demi kebaikan?

Rabu, 06 Agustus 2025

Kaya Dihadapan Allah

Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 

Rabu, 06 Agustus 2025


KAYA DI HADAPAN ALLAH 

Oleh : Rianita Sirait, S.Pd

Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Bapak, ibu serta saudara/i yang dikasihi Tuhan, Dalam hidup ini, kita sering terjebak dalam kesibukan “menimbun.” Menimbun uang, jabatan, hubungan, properti, dan berbagai bentuk kekayaan yang dianggap bisa menjadi jaminan masa depan. Tak jarang kita berpikir bahwa uang, rumah, barang-barang mewah, atau kesuksesan duniawi akan membuat kita aman dan bahagia. 

Dalam konteks Lukas 12:13-21, Yesus menanggapi seseorang yang meminta agar Ia menyelesaikan masalah warisan. Namun Yesus tidak menjawab secara langsung, melainkan memberi peringatan tentang bahaya ketamakan dan ketergantungan pada kekayaan. Ia lalu menceritakan perumamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang sibuk menimbun harta untuk dirinya sendiri tetapi tidak "kaya di hadapan Allah." Orang kaya dalam perumpamaan Yesus tidak salah karena ia bekerja keras atau berhasil secara ekonomi. Tapi dia salah arah, dia berpikir bahwa hidupnya aman karena harta, padahal jiwa kosong dan tak pernah mencari Tuhan. 

Mungkin saja kita pernah mencintai Tuhan ketika semuanya berjalan baik. Kita merasa aman atas hasil kerja kita, lalu mulai menyimpan untuk diri sendiri, dan berhenti peduli pada sesama. Kita menimbun, tetapi tidak berbagi. Kita sibuk, tapi tidak pernah berdoa. Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama. 

Semoga kita mampu menjadi pribadi yang “kaya di hadapan Allah” dengan cara memperkaya hidup rohani kita dalam iman, kasih, kebaikan, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama.


Refleksi Pribadi:

  • Apakah kesibukan sibuk atau memberi makan?
  • Apakah aku masih menyediakan waktu untuk Tuhan dalam kesibukanku?
  • Apakah saya sudah membagi berkat kepada sesama yang membutuhkan?

Senin, 04 Agustus 2025

Yesus Adalah Berkat Bagi Kita Semua

Yesus  menegur  mereka karena  hanya  mencari  makanan  yang  fana,  bukan  makanan  yang  memberi  hidup  kekal.  Ia mengajak  mereka  untuk  mengarahkan  hati  kepada  hal  yang  lebih  dalam,  Diri-Nya  sendiri sebagai Roti Hidup. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 04 Agustus 2025

Yesus Adalah Berkat Bagi Kita Semua 
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 

Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Selamat hari Minggu... 
Shalom saudara-saudari yang terkasih,  pada  perikop  hari  ini, Yesus  mengatakan bahwa  Dialah  Roti  Hidup.  Banyak  orang  mencari Yesus karena sebelumnya mereka telah melihat mukjizat lima roti dan dua ikan. Mereka ingin terus mendapatkan makanan. Tetapi Yesus ingin mereka mengerti bahwa yang paling penting bukan makanan jasmani, tetapi makanan Rohani yaitu Dia sendiri. 


Yesus tahu bahwa kita sebagai manusia tidak hanya lapar karena perut kosong, tetapi juga karena hatinya. Kadang kita merasa gelisah, sedih, bingung, bahkan hampa. Itu tanda bahwa hati kita lapar akan kasih Tuhan. Kita butuh Yesus untuk mengisi kekosongan itu. Hari ini, Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Dia tidak hanya memberi berkat, tetapi Dia adalah berkat itu sendiri. Saat kita menerima Dia melalui doa, sabda, dan Ekaristi kita akan merasa lebih tenang dan kuat menjalani hidup. 

Banyak orang dalam Injil hari ini mencari Yesus karena  mereka  telah  melihat  mukjizat  penggandaan  roti.  Namun,  Yesus  menegur  mereka karena  hanya  mencari  makanan  yang  fana,  bukan  makanan  yang  memberi  hidup  kekal.  Ia mengajak  mereka  untuk  mengarahkan  hati  kepada  hal  yang  lebih  dalam,  Diri-Nya  sendiri sebagai Roti Hidup. 

Saudara-saudari  yang  terkasih,  Yesus  bukan  hanya  memberi  makan  tubuh,  tetapi  juga mengenyangkan hati dan jiwa. Kita sering datang kepada Tuhan karena kebutuhan jasmani, rezeki, kesehatan, keberhasilan.  Itu tidak salah, tetapi Tuhan ingin kita bertumbuh dalam iman, bukan hanya karena berkat-Nya, tetapi karena siapa Dia bagi kita. Saat kita lapar secara Rohani dan merasa hampa, maka datanglah kepada-Nya. Ia tidak menolak, bahkan tetap menyambut kita dengan kasih yang melimpah. 

Refleksi : 

  1. Apakah aku lebih mencari Tuhan karena berkat-Nya, atau karena kasihku kepada-Nya? 
  2. Sudahkah aku memberi waktu untuk datang kepada Yesus dalam doa dan Ekaristi? 
  3. Bagaimana aku bisa menjadikan Ekaristi dan doa sebagai santapan rohani harianku?


Senin, 28 Juli 2025

Doa Indah yang Diajarkan Yesus

Dalam  dunia  yang  penuh tantangan,  seperti  tekanan  untuk  berkompromi  dengan  nilai-nilai  moral  atau  godaan  untuk mengutamakan ego, kita memohon kekuatan dari Allah untuk tetap setia. Kita juga memohon  perlindungan dari kuasa jahat yang dapat menjauhkan kita dari Allah. 


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 28 Juli 2025 


Doa Indah yang diajarkan Yesus 
Oleh : Irma Yofita Kembaren, S.Ag 
Penyuluh  Agama Katolik Kanwil Kemenag Prov. Riau 



Dasar Biblis: 

"Karena  itu  berdoalah  demikian:  Bapa  kami  yang  di  sorga,  Dimuliakanlah  nama-Mu,  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga. Berikanlah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat."  
 
Shalom… 
Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan. Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan langsung oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, menjadi pedoman doa yang sempurna bagi umat Kristen. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi cerminan hubungan intim antara manusia dan Allah, serta panduan hidup yang mencerminkan iman, harapan, dan kasih. 

Doa Bapa Kami doa yang sangat indah yang memiliki arti yang mendalam sebagai berikut: 

  1. “Bapa Kami yang ada di surga dimuliakanlah nama-Mu” Mengawali doa dengan menyebut Allah sebagai "Bapa" menunjukkan hubungan yang penuh kasih dan kepercayaan. Allah bukan hanya Pencipta yang jauh, tetapi Bapa yang peduli pada anak-anak-Nya. Memuliakan nama-Nya berarti kita menghormati dan memuliakan Allah dalam setiap aspek hidup kita. Dalam kehidupan sehari-hari, ini mengajak kita untuk hidup dengan integritas, menjaga perkataan dan perbuatan agar mencerminkan kemuliaan Allah. Misalnya, ketika  kita  berhadapan  dengan  situasi  sulit di tempat kerja  atau  keluarga,  kita  diajak  untuk bertindak dengan kasih dan kejujuran, sehingga nama Allah dimuliakan melalui hidup kita. 
  2. "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga" Bagian ini mengajarkan kita untuk merindukan kehendak Allah di atas kehendak pribadi. Kita dipanggil untuk menjadi agen Kerajaan Allah dengan menyebarkan kasih, damai, dan keadilan di  dunia.  Dalam  keseharian,  ini  bisa  berarti  memilih  untuk  mengampuni  seseorang  yang menyakiti  kita,  membantu  mereka  yang  membutuhkan,  atau  berdoa  agar  kehendak  Allah terwujud  dalam  keputusan-keputusan  penting,  seperti  dalam  keluarga  atau  komunitas.  Kita belajar untuk menyerahkan kendali hidup kita kepada Allah, percaya bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik. 
  3. "Berikanlah kami rezeki pada hari ini” Permenungan ini mengajarkan ketergantungan penuh kepada Allah untuk kebutuhan sehari-hari,  baik  jasmani  maupun  rohani.  Kata  "secukupnya"  mengingatkan  kita  untuk  hidup sederhana dan bersyukur atas apa yang telah diberikan, tanpa dikuasai oleh keserakahan. Dalam kehidupan modern yang sering kali mengejar lebih banyak harta atau prestasi, doa ini mengajak kita untuk percaya bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan kita.  
  4. "Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" Pengampunan  adalah  inti  dari  kasih  Kristiani.  Allah  mengampuni  dosa-dosa  kita,  dan  kita dipanggil  untuk  mengampuni  sesama.  Ini  adalah  panggilan  untuk  melepaskan  dendam  dan membangun relasi yang harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin menghadapi konflik dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Doa ini mengingatkan kita untuk memaafkan, meskipun  sulit,  sebagai  wujud  kasih  dan  ketaatan  kepada  Allah.  Kita  juga  diajak  untuk merenungkan dosa-dosa kita sendiri dan memohon pengampunan Allah dengan hati yang tulus. 
  5. "Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat" Bagian  ini  adalah  doa  perlindungan  dari  godaan  dan  kejahatan.  Dalam  dunia  yang  penuh tantangan,  seperti  tekanan  untuk  berkompromi  dengan  nilai-nilai  moral  atau  godaan  untuk mengutamakan ego, kita memohon kekuatan dari Allah untuk tetap setia. Kita juga memohon  perlindungan dari kuasa jahat yang dapat menjauhkan kita dari Allah. Dalam praktiknya, ini bisa berarti berdoa sebelum mengambil keputusan besar, meminta hikmat untuk menghindari situasi  yang  dapat  membawa  kita  jatuh,  dan  tetap  berakar  dalam  iman  melalui  doa  dan pembacaan Kitab Suci. 

 
Mari  kita  renungkan  makna  mendalam  dari  setiap  bagian  doa  ini  dan  bagaimana  kita  dapat menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari. 

Tuhan memberkati kita semua!


Senin, 21 Juli 2025

Dengarkanlah panggilan-Nya di Tengah Kesibukan

Dalam  kesibukan  sehari-hari,  kita  sering  kali terjebak dalam rutinitas dan lupa untuk meluangkan waktu bersama Tuhan. Yesus kembali mengingatkan kita bahwa di tengah kesibukan, kita perlu menemukan waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan-Nya. Ini bukan hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 21 Juli 2025


              DENGARKANLAH PANGGILAN-NYA 
                      DI TENGAH KESIBUKAN 

             Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd
   Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

Bapak-ibu yang dikasihi Tuhan, tema dari bacaan minggu lalu  adalah Diutus Untuk Membawa Kabar Gembira. Pada hari ini, kita di utus kembali untuk mendengarkan panggilan-Nya di tengah kesibukan kita. Bacaan Injil hari ini diambil dari Lukas 10:38-42, yang

menceritakan kisah Marta dan Maria. Dalam kisah ini, Yesus datang berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut Yesus, sementara Maria memilih untuk duduk di kaki Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya. Ketika Marta merasa kesal karena Maria tidak membantunya, Yesus menegur Marta dengan lembut, mengatakan bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik.  

Bapak-ibu yang terkasih, kisah hari ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana cara kita mengatur  waktu  dan  prioritas  dalam  hidup.  Dalam  kesibukan  sehari-hari,  kita  sering  kali terjebak dalam rutinitas dan lupa untuk meluangkan waktu bersama Tuhan. Marta mewakili kita  yang  sering  kali  terfokus  pada  pekerjaan  dan  tanggung  jawab,  sementara  Maria mengingatkan kita akan pentingnya mendengarkan suara Tuhan. Di dunia yang serba digital dan penuh dengan kesibukan pribadi, kita sering kali merasa tertekan dengan berbagai tuntutan. Namun, Yesus kembali mengingatkan kita bahwa di tengah kesibukan, kita perlu menemukan waktu untuk berdiam diri dan mendengarkan-Nya. Ini bukan hanya tentang melakukan tugas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. 

Bapak-Ibu  yang  terkasih,  semoga  renungan  hari  ini  menginspirasi  kita  untuk  lebih mendekatkan  diri  kepada  Tuhan  dan  menemukan  keseimbangan  antara  pelayanan  dan mendengarkan.  Agar  dalam  setiap  kesibukan  yang  kita  laksanakan,  tidak  luput  dalam mendengarkan panggilan dari-Nya. Selamat merayakan hari Minggu, Tuhan memberkati. 

Refleksi untuk Umat: 

  1. Ingatlah  kembali,  di  dalam  kesibukan  sehari-hari,  bagaimana  cara  kita  meluangkan waktu untuk mendengarkan suara Tuhan? 
  2. Apakah ada momen dalam hidup kita, di mana kita merasa lebih seperti Marta daripada Maria?  Lalu  sudahkah  kita  mampu  berubah  seperti  Maria?  Lantas  bagaimana  kita mengatasinya? 
  3. Apa yang dapat kita lakukan minggu ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di tengah rutinitas?


Popular Posts