Selasa, 02 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 01 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional…

Bapak-ibu yang terkasih, Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap bulan September memberi makna yang sangat kuat terhadap bacaan Injil hari ini. Melalui BKSN, Gereja Katolik di Indonesia mengajak umat beriman untuk semakin mencintai, membaca, merenungkan, dan menghidupi Kitab Suci. Dalam terang BKSN, kita pun diajak menyadari bahwa setiap kali membaca dan merenungkan Kitab Suci, Allah sebenarnya sedang berbicara secara pribadi kepada kita. Sabda itu bisa berupa penghiburan bagi yang berduka, semangat bagi yang lemah, teguran bagi yang salah arah, dan pengharapan bagi yang terpuruk. 

Bapak-ibu yang terkasih, hari ini kita diajak merenungkan tentang Yesus yang datang ke Nazaret, tempat di mana Ia dibesarkan. Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia. Mereka tidak bisa menerima bahwa Allah bekerja melalui seseorang yang mereka kenal sejak kecil. Inilah salah satu kelemahan manusia: sulit melihat karya Allah dalam hal-hal sederhana dan orang-orang yang dekat dengan kita. Yesus mengingatkan kita bahwa pewartaan Injil tidak hanya berhenti di lingkungan sendiri, tetapi harus terbuka bagi semua orang. 

Hari ini kita juga diajak untuk membuka hati, agar jangan menutup diri pada karya Allah hanya karena Ia hadir dalam cara yang sederhana mungkin lewat teguran seorang teman, nasihat orang tua, atau bahkan pengalaman sehari-hari yang tampak biasa. Sebagai refleksi pribadi, pada Bulan Kitab Suci Nasional ini menjadi kesempatan indah untuk bertanya kepada diri sendiri: sudahkah saya memberi waktu untuk membaca Kitab Suci setiap hari? Apakah saya membiarkan Sabda Allah hanya lewat begitu saja, atau sungguh mengubah cara saya berbicara, bersikap, dan bertindak? Apakah saya berani membawa kabar baik kepada sesama dalam kesederhanaan hidup sehari-hari?  Marilah kita sama-sama merenungi setiap pertanyaan refleksi tersebut di hati masing-masing.



Popular Posts