Rabu, 06 Agustus 2025

Kaya Dihadapan Allah

Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 

Rabu, 06 Agustus 2025


KAYA DI HADAPAN ALLAH 

Oleh : Rianita Sirait, S.Pd

Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Bapak, ibu serta saudara/i yang dikasihi Tuhan, Dalam hidup ini, kita sering terjebak dalam kesibukan “menimbun.” Menimbun uang, jabatan, hubungan, properti, dan berbagai bentuk kekayaan yang dianggap bisa menjadi jaminan masa depan. Tak jarang kita berpikir bahwa uang, rumah, barang-barang mewah, atau kesuksesan duniawi akan membuat kita aman dan bahagia. 

Dalam konteks Lukas 12:13-21, Yesus menanggapi seseorang yang meminta agar Ia menyelesaikan masalah warisan. Namun Yesus tidak menjawab secara langsung, melainkan memberi peringatan tentang bahaya ketamakan dan ketergantungan pada kekayaan. Ia lalu menceritakan perumamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang sibuk menimbun harta untuk dirinya sendiri tetapi tidak "kaya di hadapan Allah." Orang kaya dalam perumpamaan Yesus tidak salah karena ia bekerja keras atau berhasil secara ekonomi. Tapi dia salah arah, dia berpikir bahwa hidupnya aman karena harta, padahal jiwa kosong dan tak pernah mencari Tuhan. 

Mungkin saja kita pernah mencintai Tuhan ketika semuanya berjalan baik. Kita merasa aman atas hasil kerja kita, lalu mulai menyimpan untuk diri sendiri, dan berhenti peduli pada sesama. Kita menimbun, tetapi tidak berbagi. Kita sibuk, tapi tidak pernah berdoa. Yesus mengajarkan kita bahwa kekayaan yang sesungguhnya bukanlah tentang banyaknya harta yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan harta tersebut untuk memuliakan Allah dan membantu sesama. 

Semoga kita mampu menjadi pribadi yang “kaya di hadapan Allah” dengan cara memperkaya hidup rohani kita dalam iman, kasih, kebaikan, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama.


Refleksi Pribadi:

  • Apakah kesibukan sibuk atau memberi makan?
  • Apakah aku masih menyediakan waktu untuk Tuhan dalam kesibukanku?
  • Apakah saya sudah membagi berkat kepada sesama yang membutuhkan?

Popular Posts