Senin, 20 Oktober 2025

MAKSUD BERDOA TIDAK JEMU-JEMU

Yesus menyatakan bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya berjalan sendiri dalam perjuangan hidup didunia ini. Ia senantiasa menyertai, memimpin, dan memerhatikan doa-doa orang beriman.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 20 Oktober 2025

MAKSUD BERDOA TIDAK JEMU-JEMU
Oleh : Ade Irma Sihombing, S.Pd
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau

 

Salve, 
Bapak/ibu saudara saudari yang terkasih dalam Kristus, ada ungkapan lama yang dikembangkan oleh Santo Benediktus yaitu Ora et Labora, Berdoa dan Bekerja, sebagai aktivitas yang setiap hari dilakukan beriringan oleh orang-orang beriman. Bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu dan juga bekerja dengan giat, penuh semangat. Dengan banyak cara, Allah yang Maha baik memerhatikan kita dan berkarya dalam hidup kita. 

Bapak/ibu saudara saudari terkasih dalam Kristus, setiap dari kita pasti pernah merasa lelah berjuang, lelah berharap, bahkan lelah berdoa. Ada saat-saat dimana kita merasa, seolah doa kita tidak menembus langit, seolah Tuhan diam. 

Dalam kitab keluaran dikisahkan bahwa orang-orang Israel, dipimpin oleh Yosua, berperang melawan orang-orang Amalek. Pasukan mereka mengalami kemenangan ketika Musa mengangkat tangan. Sebaliknya, mereka mengalami kekalahan ketika tangan Musa diturunkan. Ini menggambarkan bahwa sebuah perjuangan akan mendapat hasil yang baik ketika disertai dengan doa agar kuasa Tuhan berkarya dalam diri mereka. Sebaliknya, peperangan mereka berujung kekalahan ketika mereka mengandalkan kemampuan mereka sendiri, dan tidak berjalan bersama Tuhan. 
Sebuah gambaran yang indah tentang kuasa Doa dan ketekunan iman. Tangan Musa yang terangkat melambangkan doa umat Allah yang terus terarah kepada-Nya. Namun Musa hanyalah manusia, Ia pun lelah. Maka Harun dan Hur menopang tangannya agar tetap terangkat sampai matahari terbenam. Lihatlah, kemenangan tidak hanya datang dari kekuatan pedang Yosua, tetapi dari doa yang terus di jaga bersama-sama. Inilah gambaran Gereja, gambaran komunitas umat beriman: ketika satu mulai lemah yang lain menopangnya. Doa bukan perjuangan pribadi semata, tetapi perjuangan bersama-sama. 

Melalui perumpamaan tentang janda dan hakim dalam injil Lukas, Yesus menyatakan bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya berjalan sendiri dalam perjuangan hidup di dunia ini. Ia senantiasa menyertai, memimpin, dan memerhatikan doa-doa orang beriman. Kalau hakim yang lalim saja dapat berbuat baik, tidakkah Allah akan membenarkan para pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Adakah Ia akan mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? 

Saudara-saudari yang terkasih, kisah Musa, Timotius, dan janda yang tekun semuanya  menuntun kita pada satu hal, iman yang bertahan. Iman yang tidak berhenti berdoa walau hasil belum terlihat. Iman yang tetap teguh memegang sabda Allah walau dunia menawarkan jalan pintas.  

Semoga kita tidak pernah jemu-jemu untuk berdoa. Amin



Memperdalam Pemahaman dan Penghayatan Iman Katolik Remaja

Riau (kemenag) - Dalam suasana penuh semangat dan kekeluargaan, para remaja diajak untuk berdoa Rosario bersama dan merenungkan teladan iman Bunda Maria. Melalui kegiatan ini, diharapkan iman para remaja Katolik semakin bertumbuh dan berkembang, serta menumbuhkan kecintaan mereka pada doa, pelayanan, dan kehidupan menggereja.



Dalam kegiatan Bina Iman Remaja (BIR) di Paroki Santo Paulus Labuhbaru, Wilayah Pusat, pada hari Sabtu, 18 Oktober 2025 di bimbing oleh Penyuluh Agama Katolik Kanwil Kemenag Prov Riau, Christina Angela Girsang dan bersama dua pendamping BIR yaitu Penta Nainggolan dan Rio Christian, serta turut didampingi oleh Suster Herlina Sihotang.

Setelah kegiatan doa dan pembinaan selesai, penyuluh melanjutkan dengan konsultasi bersama para pendamping BIR untuk membahas pelaksanaan tugas pendampingan remaja di wilayah pusat. Dalam pertemuan tersebut, dibicarakan berbagai hal terkait evaluasi kegiatan, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah penguatan pelayanan agar pendampingan iman bagi remaja dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Senin, 13 Oktober 2025

Jangan Lupa Bersyukur

Karena itu kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang, membantu yang lemah, menghibur yang sedih, menjaga ciptaan Tuhan, dan menghargai setiap orang.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 13 Oktober 2025
Luk 17:11-19

Jangan Lupa Bersyukur
Oleh : Ricki Nelson Pasaribu, S.Pd
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, bacaan hari ini seperti cambuk kecil yang mengingatkan kita akan bagaimana caranya bersyukur dengan hati yang tulus dan penuh iman. Kita mendengar kisah tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus, namun hanya satu orang samaria yang kembali untuk berterimakasih kepada Yesus. Ia bersujud dengan rendah hati dan memuliakan Allah, dan dia menerima berkat yang lebih besar, yakni tidak hanya kesembuhan fisik, tetapi juga keselamatan jiwa. Kepadanya Yesus berkata, “ imanmu telah menyelamatkan engkau”.


Sering kali kita lupa mengucapkan terimakasih kepada Tuhan setelah kita memperoleh apa yang kita inginkan, atau ketika doa dan harapan kita terpenuhi. Kusta dalam injil ini ibarat masalah atau pergumulan dalam hidup kita. Ketika masalah datang menghampiri, seringkali kita berdoa dengan tekun, rajin beribadah, bahkan sampai membuat suatu niatdan berjanji dalam hati kepada Tuhan atau bernazar kata orang. Sampai hal kecil pun kita seringkali lupa berterimakasih kepada Tuhan. Contohnya orang sering kali lupa doa sesudah makan. Ada juga beberapa orang yang dulu diwaktu rejekinya masih sedikit, dia sangat rajin mengikuti berbagai kegiatan di gereja, lingkungan, masyarakat dan bahkan kepada orang lain. Tetapi setelah berkat Tuhan mengalir deras di hidupnya dia perlahan-lahan mulai menghilang dari kesibukan melayani, berbagi, atau bahkan memuliakan Tuhan karena terlalu sibuk menikmati berkat dari Tuhan.

Bersyukur itu bukan hanya berdoa dan berterimakasih kepada Tuhan, tetapi syukur yang sejati mendorong kita untuk bertindak berbagi, melayani, dan memuliakan Allah lewat sikap dan kegiatan kita setiap saat. Karena itu kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi semua orang, membantu yang lemah, menghibur yang sedih, menjaga ciptaan Tuhan, dan menghargai setiap orang.

Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita mengucap syukur dalam segala hal, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, baik dalam sukacita maupun dukacita. Dengan bersyukur, kita juga melatuh diri untuk tetap rendah hati, menyadari keterbatasan kita, dan menaruh harapan hanya pada Tuhan. Mari kita menyapa, mendoakan, membantu, serta membiasakan mengucapkan terima kasih kepada semua orang. Amin.


Minggu, 05 Oktober 2025

Iman dan Kesetiaan

 

Seseorang yang beriman tidak hanya hanya sebatas ibadah, berdoa, dll. Tetapi bagaimana iman itu diwujudkan dalam kehidupan nyata kita setiap hari. Iman berarti bagaimana kita memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang sesedikit saja, bisa memampukan kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa dan tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Minggu, 05 Oktober 2025
Lukas 17:5-10

IMAN DAN KESETIAAN
Oleh : Romanus Luahambowo, S.Ag
Penyuluh Agama Katolik Provinsi Riau

 

Salve,
Saudara-saudari terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, injil hari ini berbicara tentang iman dan kesetiaan. Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah. Iman merupakan respons dan kepercayaan teguh manusia terhadap Allah, yang diwujudkan melalui tiga unsur utama: percaya, berserah diri, dan taat, serta ditopang oleh karunia Allah itu sendiri. Dalam injil-Nya hari ini iman diukur dengan besaran biji sesawi. Iman berarti bagaimana kita memiliki keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang sesedikit saja, bisa memampukan kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa dan tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan. Memindahkan pohon dengan iman yang sebesar biji sesawi, berarti memiliki kemampuan luar biasa. 

Tapi dalam hal ini, jangan sampai salah di mengerti bahwa iman merupakan ilmu gaib sehingga bisa memindahkan pohon. Iman artinya bagaimana kita mampu membawa perubahan, menggerakkan hati setiap orang yang berserah kepada Tuhan untuk melakukan kebaikan-kebaikan dari Tuhan, karena dengan beriman berarti kita mau menyerahkan diri kepada Tuhan , kita mau Tuhan yang berkuasa dan memimpin hidup kita, kita mau Tuhan yang berjaya atas hidup kita, kita bersedia jika Tuhan yang berkehendak atas setiap keinginan-keinginan kita bahwa atas hari esok kita. Ketika kita beriman, berarti kita siap untuk menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.

Saudara/i terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, seseorang yang beriman tidak hanya hanya sebatas ibadah, berdoa, dll. Tetapi bagaimana iman itu diwujudkan dalam kehidupan nyata kita setiap hari. Hari ini, dalam injil-Nya disampaikan bagaimana seorang hamba dengan penuh kerendahan hati mau melayani tuannya. Seorang hamba yang sudah berbuat kebajikan itu hanya melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati tanpa berpikir akan mendengarkan ucapan terima kasih dari sang tuan. Hamba itu hanya melakukan tanggung jawabnya dengan baik. Jika seorang hamba biasa saja mau melakukan pekerjaannya tanpa mengharapkan imbalan atau sekadar ucapan terima kasih dari tuannya, apalagi kita para hamba-hamba Allah. 

Sebagai seorang hamba Tuhan, maka kita sudah selayaknya melakukan tugas pelayanan kita dengan setia dan penuh tanggung jawab. Sebagai seorang hamba, kita memang tidak boleh mengharapkan imbalan khusus, karena kita hanya melakukan apa yang diperintahkan kepada kita. Tugas pelayanan bukanlah sekadar kewajiban, melainkan haruslah suatu kesenangan untuk melakukan kehendak Dia yang kita kasihi dan yang mengasihi kita. 

Semoga kita semua  adalah hamba-hamba yang senantiasa bersukacita melayani Tuhan dalam diri sesama. Amin

Penyuluhan Moderasi Beragama di Gereja Katolik St. Bonaventura Kuantan Sako

Kuantan Singingi - Penyuluh Agama Katolik kabupaten Kuantan Singingi, Pakrin Manalu, melakukan kegiatan pelayanan rohani dan penyuluhan di Gereja Katolik St. Bonaventura Kuantan Sako. Acara dimulai dengan Liturgi Ibadat Sabda Tanpa Imam. Dimana Penyuluh ambil bagian sebagai petugas P2 sebagai pengkhotbah. Setelah ibadat, kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan tentang Moderasi Beragama. Minggu (05/09/2025).




 

Selasa, 30 September 2025

Keterbukaan Hati kepada Panggilan Allah

Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael sebagai utusan Allah : pembawa kabar, pelindung, dan penyembuh. Mereka mengajak kita agar lebih peka terhadap kehadiran Allah melalui orang lain dan melalui berbagai cara yang seringkali tak terduga.  

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Selasa, 30 September 2025

Keterbukaan Hati kepada Panggilan Allah
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Salve, Selamat memasuki Minggu keempat pada Bulan Kitab Suci Nasional ….

Bapak/ibu yang terkasih, hari ini Gereja katolik merayakan Pesta Malaikat Agung Mikael, Gabriel, dan Rafael, para utusan Allah yang senantiasa menjadi jembatan antara surga dan bumi. Pada Injil Yohanes (1:47-51) menampilkan Yesus yang memuji Natanael sebagai seorang Israel sejati, yang tidak memiliki kepalsuan di dalamnya. Yesus menegaskan bahwa Natanael akan menyaksikan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia, sebuah gambaran indah bahwa dalam Kristus, surga dan bumi dipersatukan. Pesan ini mengajak kita untuk hidup dengan hati yang tulus, tanpa kepura-puraan, serta membuka diri terhadap kehadiran Allah yang senantiasa hadir melalui firman-Nya melalui sesama. Pesta Malaikat Agung juga menjadi pengingat bahwa Allah selalu menjaga, menuntun, dan menyembuhkan kita, sama seperti Mikael yang melindungi, Gabriel yang membawa kabar sukacita, dan Rafael yang menuntun serta menyembuhkan.

 

Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, bulan ini semakin bermakna karena bertepatan dengan penutupan Bulan Kitab Suci Nasional. Kitab Suci, seperti malaikat, adalah utusan Allah yang membawa pesan kasih dan keselamatan ke dalam kehidupan kita. Sabda yang kita baca, renungkan, dan hidupi menjadi media yang menghubungkan kita dengan Allah. Oleh karena itu, penutupan bulan Kitab Suci tidak boleh menjadi akhir, melainkan awal baru untuk semakin akrab dengan Sabda Allah, membiarkannya hadir dalam hidup kita untuk menjadi pewarta sabda bagi sesama. 
 

Kita juga ikut merayakan Santo Mikael, Gabriel, dan Rafael sebagai utusan Allah : pembawa kabar, pelindung, dan penyembuh. Mereka mengajak kita agar lebih peka terhadap kehadiran Allah melalui orang lain dan melalui berbagai cara yang seringkali tak terduga. Menjelang Penutupan Bulan Kitab Suci Nasional, kita diingatkan bahwa Kitab Suci bukan buku mati, tapi sabda hidup yang hadir ke dalam hati kita. Kitab Suci hendak menjadi jembatan antara langit dan bumi dalam hidup kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk menjadi utusan firman mendengarkan, memaknakan, dan membagikannya. Semoga kita, seperti Natanael, dipandang oleh Kristus sebagai pribadi yang jujur dan tulus, serta berani menjadi utusan-Nya di tengah dunia.

Refleksi Pribadi : 

  • Seberapa jujur dan terbuka diri kita di hadapan Allah? Apakah ada kepalsuan diri seperti pura-pura saleh, menyembunyikan pergumulan yang belum kita sampaikan kepada-Nya?
  • Apakah kita sudah cukup menyadari bahwa Allah, melalui berbagai cara (kitab, doa, sesama), “datang” kepadaku? Apakah kita cukup peka terhadap suara-Nya?
  • Dalam keseharianku, apakah kita berani menjadi utusan sabda, bukan hanya mendengarkan firman, tetapi membagikannya melalui perkataan dan tindakan?
  • Menjelang akhir bulan Kitab Suci Nasional, bagaimana caraku memperdalam relasi dengan Kitab Suci agar firman itu sungguh diresapi dalam kehidupanku?


Senin, 29 September 2025

ORANG KAYA dan LAZARUS YANG MISKIN

Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi Alkitab mengingatkan umat Allah bahwa kekayaaan dapat menjadi jebakan dan godaan yang menenggelamkan manusia ke dalam kebinasaan


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 29 September 2025

ORANG KAYA & LAZARUS YANG MISKIN
Oleh : Ignatius Tri Pamungkas S.M
Penyuluh Agama Katolik Non ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Minggu keempat pada Bulan Kitab Suci Nasional ….
Hari ini kita sampai pada perumpamaan di Lukas 16:19-31. Perumpamaan ini sering disebut dengan judul Perumpamaan tentang Orang Kaya dan Lazarus yang miskin.

 

Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin dapat dilihat sebagai sebuah  dua babak. Babak pertama merupakan presentasi dari kehidupan dan kematian di bumi, dan babak kedua yang menggambarkan surga dan neraka. Tuhan Yesus menceritakan kisah orang kaya itu berpakaian ungu seperti pakaian yang dikenakan raja-raja dan imam besar, orang kedua yang diperkenalkan hidup dalam kemiskinan. Meskipun menjalani kehidupan sebagai seorang yang tidak berarti, dia memiliki sebuah nama, ia dipanggil Lazarus.

Kematian datang dan berakhirnya penderitaan Lazarus, malaikat Allah datang dan membawanya ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, orang kaya itu masuk ke neraka tanpa membawa harta miliknya di dunia. Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa, tetapi Alkitab mengingatkan umat Allah bahwa kekayaaan dapat menjadi jebakan dan godaan yang menenggelamkan manusia ke dalam kebinasaan

Kisah itu juga mengajarkan bahwa melakukan yang baik kepada sesama untuk memuliakan Tuhan adalah waktu hidup, bukan sesudah mati. Orang kaya itu bisa melakukan hal yang baik semasa hidupnya, tetapi ia tidak melakukannya. Ia memiliki harta yang melimpah untuk dipakai memuliakan Allah, tetapi ia melupakannya. Ia punya kesempatan untuk menolong orang yang lemah dan berkekurangan, tetapi dia tidak menggunakan kesempatan itu. Ia hanya hidup bersenang-senang dan melupakan tugas dan tanggung jawabnya. Hatinya tidak tergerak ketika melihat Lazarus miskin mengambil remah-remah makanan di bawah kolong mejanya. Ia sampai hati melihat anjingnya menjilati borok-boroknya Lazarus tanpa berbuat sesuatu untuk menolong. Waktu ajalnya telah tiba, tidak ada kesempatan lagi baginya.

Pertanyaan bagi diri kita, mulai dari sekarang kah kita mempersiapkan diri, untuk bekal kita nanti pada saat kematian itu tiba ? atau kita memilih menikmati hidup didunia seperi orang kaya tersebut? Mari kita renungkan.



Jumat, 26 September 2025

Cegah Radikalisme, Alimasa Gea Tekankan Peran Humanis Penyuluh Agama


 Riau (Kemenag) – Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau melalui Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf melaksanakan kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama PNS dan Non PNS yang melibatkan penyuluh Islam, Kristen, dan Katolik. Kegiatan ini diselenggarakan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kuantan Singingi pada tanggal 24-25 September 2025.


Dalam arahannya, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Riau, Alimasa Gea, menekankan bahwa penyuluh hendaknya bergerak sesuai tugas dan perannya, yaitu memberikan edukasi, informasi, serta advokasi berbasis agama kepada umat. Hal itu, menurutnya, harus dilakukan dengan pendekatan humanis yang berlandaskan cinta kasih.

“Ketika ditemukan umat yang berselisih paham tentang ajaran agama, penyuluh agama sesuai agamanya masing-masing dapat hadir untuk membangun komunikasi dan kolaborasi dalam menyelesaikan persoalan yang dialami umat,” tegas Alimasa.

Setelah sesi pembinaan, kegiatan dilanjutkan dengan dialog dan tanya jawab bersama para peserta. Pada kesempatan itu, Penyuluh Agama Katolik Kemenag Kuantan Singingi, Pakrin Manalu, menyampaikan pertanyaan mengenai bagaimana sikap dan tanggapan Kementerian Agama terhadap instansi negeri yang kurang responsif terhadap kehadiran penyuluh agama non-Muslim di sekolah-sekolah negeri.

Kegiatan pembinaan ini diharapkan semakin memperkuat peran penyuluh agama lintas iman, baik PNS maupun Non PNS, dalam memberikan pencerahan, membangun toleransi, serta menghadirkan solusi atas berbagai persoalan keagamaan di tengah masyarakat.

Pada kesempatan yang sama, Kabid Penaizawa, H. Mas Jeky Amri, Pembimas Kristen Armen Antoni Silaban dan Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau tekankan peran humanis penyuluh agama.

Kegiatan diikuti oleh beberapa peserta yang terdiri dari unsur Kanwil, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, Kepala Madrasah Negeri, perencana, bendahara, operator, serta ASN yang menangani perencanaan dan keuangan. Turut hadir pejabat eselon III Kanwil, para Kabid, Pembimas, Kakankemenag, Kasubbag TU, hingga para operator dan perencana.

 

https://riau.kemenag.go.id/berita/590306/Cegah-Radikalisme-Alimasa-Gea-Tekankan-Peran-Humanis-Penyuluh-Agama 

Rabu, 24 September 2025

Hidup Setia dalam Hal Kecil dan Besar

Mari bijaksana dan cerdas menggunakan segala sesuatu yang dipercayakan Allah kepada kita. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah.

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 24 September 2025
Lukas 16:1-13

 

Hidup Setia dalam Hal Kecil dan Besar
Oleh : Rotama Manullang, S.Ag 
Penyuluh Agama Katolik Non ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve …

Saudara-saudara yang terkasih, Injil hari ini menghadirkan perumpamaan tentang seorang bendahara yang tidak jujur namun cerdik. Yesus menceritakan bagaimana bendahara itu, ketika hendak dipecat karena menyalahgunakan harta tuannya, menggunakan cara cerdik dengan mendekati orang-orang yang berhutang kepada tuannya agar ia tetap memiliki teman ketika tidak lagi bekerja. Sekilas, perumpamaan ini bisa membingungkan. Mengapa Yesus memuji kelicikan seorang bendahara yang tidak jujur? Namun, inti dari pesan Yesus bukanlah mendukung ketidakjujuran, melainkan mengajak kita untuk bijaksana dan cerdas menggunakan segala sesuatu yang dipercayakan Allah kepada kita. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan menyadari beberapa hal penting dibawah ini:

1.    Harta duniawi bukanlah segalanya.
Yesus mengingatkan bahwa harta duniawi bersifat sementara. Uang bisa habis, jabatan bisa hilang, kekuasaan bisa runtuh. Namun, hidup yang dijalani dengan setia kepada Allah akan menghasilkan harta kekal di surga. Hal-hal kecil yang dimaksud bisa berupa kejujuran sehari-hari, ketekunan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, perhatian kepada sesama, dan ketulusan dalam keluarga. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah. 

2.    Setia dalam Hal Kecil, Baru Dipercaya Hal Besar.
Hal-hal kecil yang dimaksud bisa berupa kejujuran sehari-hari, ketekunan dalam doa, kesetiaan dalam pekerjaan, perhatian kepada sesama, dan ketulusan dalam keluarga. Jika kita setia dalam hal-hal kecil, kita sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal besar yang dipercayakan Allah.

3.    Bijaksana Mengelola Waktu, Talenta, dan Harta.
Bendahara dalam perumpamaan itu memang licik, tapi ia bijaksana menggunakan kesempatan yang ada. Kita pun diajak untuk bijak mengelola apa yang Allah percayakan: Waktu: Jangan sia-siakan hanya untuk hal duniawi, tetapi gunakan juga untuk doa, pelayanan, dan karya kasih. Talenta: Gunakan kemampuan untuk membangun sesama, bukan hanya mencari keuntungan pribadi. 
Harta: Gunakan bukan hanya untuk kebutuhan sendiri, tetapi juga berbagi dengan orang miskin dan mendukung karya Gereja. 

4.    Mengabdi kepada Allah, Bukan Mamon.
Yesus menutup pengajaran ini dengan tegas: “Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Kita harus memilih: siapa yang kita layani? Allah atau mamon (harta duniawi)? Pilihan ini nyata dalam keseharian kita:

  • Apakah kita lebih memilih berdoa atau terus sibuk dengan pekerjaan?
  • Apakah kita rela berbagi atau hanya menumpuk kekayaan?
  • Apakah kita setia pada nilai Kristus atau kompromi demi keuntungan? 


Hari ini kita diingatkan untuk tidak terikat pada mamon, melainkan setia kepada Allah. Harta duniawi hanyalah sarana, bukan tujuan. Kesetiaan dalam hal kecil membawa kita pada kepercayaan untuk hal besar. Mari kita bijaksana, setia, dan memilih Allah sebagai satu-satunya Tuan hidup kita. Semoga ke 4 hal penting tersebut mampu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin



Iman Yang Kuat Tumbuh Dari Kesetiaan

Berdoalah, berharaplah, dan janganlah khawatir. Kekhawatiran itu tidak ada gunanya. Allah Maharahim dan akan mendengarkan doamu. Lewat teladan Santo Pius, kita diajak menyadari bahwa iman yang kuat tumbuh dari kesetiaan dalam hal-hal sederhana: doa yang tulus, kesediaan berkorban, dan ketaatan terhadap sabda Tuhan

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 24 September 2025

Iman Yang Kuat Tumbuh Dari Kesetiaan
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau



Salve, Selamat memasuki Minggu terakhir pada Bulan Kitab Suci Nasional ...
 
Hari ini Gereja merayakan Santo Pius dari Pietrelcina, atau yang biasa disebut Padre Pio. Ia adalah seorang imam sederhana dari Italia yang mendapat karunia istimewa berupa stigmata, yaitu luka-luka Kristus yang nampak dalam tubuhnya. Sepanjang hidupnya, Padre Pio dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, tekun berdoa, dan setia melayani umat, terutama lewat Sakramen Tobat. Kehidupannya menjadi contoh nyata bahwa doa yang sungguh-sungguh serta pengorbanan yang tulus bisa menjadi jalan menuju kekudusan.

Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini (Lukas 8:19-21) menceritakan sabda Yesus: “Ibuku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” Perkataan Yesus ini mengingatkan kita bahwa kedekatan sejati dengan Tuhan bukan hanya soal ikatan keluarga atau tradisi keagamaan, tetapi lebih dalam lagi, yaitu ketaatan kita pada firman Allah. Hidup kita akan sungguh berarti jika kita mau mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Santo Pius juga mengajarkan bahwa doa adalah napas bagi jiwa. Ia pernah berkata: “Berdoalah, berharaplah, dan janganlah khawatir. Kekhawatiran itu tidak ada gunanya. Allah Maharahim dan akan mendengarkan doamu.” Ucapan ini mengajarkan kita untuk tetap bertekun dalam doa, walaupun sering kali jawaban Tuhan tidak datang sesuai keinginan atau waktu yang kita harapkan. Doa yang sejati bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan sikap hati yang rela menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam rencana Allah.

Bapak-ibu yang terkasih, lewat teladan Santo Pius, kita diajak menyadari bahwa iman yang kuat tumbuh dari kesetiaan dalam hal-hal sederhana: doa yang tulus, kesediaan berkorban, dan ketaatan terhadap sabda Tuhan. Semoga kita berani meniru semangat hidupnya, sehingga hidup kita pun bisa menjadi kesaksian nyata akan kasih Allah bagi orang-orang di sekitar kita.


Refleksi Pribadi : 
  1. Apakah kita sudah setia menyediakan waktu untuk berdoa setiap hari, ataukah sering menomorkedua-kan doa di tengah kesibukan?
  2. Bagaimana kita menghidupi Firman Tuhan dalam keluarga, pekerjaan, dan pelayanan sehari-hari?
  3. Apakah kita pernah mengalami kekuatan doa yang mengubah hati kita dalam situasi sulit?
  4. Apa langkah konkret yang bisa saya lakukan hari ini untuk menjadi berkat melalui doa dan pengorbanan bagi orang lain?

Popular Posts