Selasa, 16 September 2025

Etika dan Tata Krama yang di Tanamkan Kepada Siswa

Penyuluh agama Katolik, Pakrin Manalu, S.Pd, melakukan penyuluhan ajaran Katolik kepada siswa-siswi SMA Negeri 1 Teluk Kuantan, Kuantan Singingi, Provinsi Riau, khususnya dalam konteks pendidikan, guna meningkatkan pemahaman iman dan membantu umat menjalankan ajaran agama, memupuk karakter sesuai nilai-nilai kekatolikan, serta membimbing dalam menghadapi persoalan agama dan sosial. 

 


Pakrin menyampaikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik, meliputi kebenaran, kebebasan, keadilan, dan cinta (amal). Nilai-nilai ini menjadi landasan moral dan etika dalam kehidupan umat, menekankan martabat manusia, solidaritas, tanggung jawab, dan kasih kepada sesama. Nilai-nilai tersebut diwujudkan melalui doa bersama, partisipasi dalam sakramen, pembentukan karakter yang kuat, serta keterlibatan aktif dalam masyarakat untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian, sejalan dengan ajaran Yesus Kristus.

Siswa-siswi ditekankan untuk memiliki rasa hormat dan martabat yaitu menanamkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, serta memperlakukan semua orang dengan baik dan bermartabat. Pakrin Manalu mengingatkan siswa-siswi untuk menanamkan nilai nilai etika dan tata krama, mencakup sikap menghormati guru dan teman, menghormati orang tua atau orang yang lebih tua dari kita, menggunakan bahasa yang sopan, menjaga lingkungan sekolah serta tempat tinggal kita, bertanggung jawab, mengendalikan emosi, dan menghargai perbedaan. Dengan terbentuknya karakter dan kebiasaan baik sejak dini, maka sampai tua pun sudah biasa dan sudah terlatih. 

Sopan santun atau kebiasaan berperilaku yang didasarkan pada norma dan aturan serta nilai-nilai luhur yang bersumber dari Injil dan ajaran Gereja Katolik harus kita tanamkan.




PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN

Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita.



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Selasa, 16 September 2025

PERUMPAMAAN TENTANG PENGAMPUNAN
Oleh : Monarofia Br Singarimbun
Penyuluh Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Saudara saudari terkasih selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional. 

Hari ini, injil Matius bercerita hal perumpamaan tentang Pengampunan. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita bukanlah perkara yang mudah. Tentulah kita menginginkan agar orang yang bersalah mendapatkan balasan atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap kita. Bahkan kita menginginkan agar orang yang bersalah itu lebih menderita lebih dari kita. Dalam injil hari ini Petrus bertanya kepada Yesus, “ Tuhan berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?” Jawaban Yesus sungguh tidak terduga yaitu, “ mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh puluh”, artinya saudara/i terkasih bahwa kita harus mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan terhadap kita tanpa batas. Sama seperti Yesus sendiri yang mengampuni segala kesalahan kita. 


Umat Allah yang terkasih. Walaupun kesalahan yang kita lakukan adalah kesalahan yang berat. Perumpamaan tentang pengampunan yang kita dengarkan hari ini, kiranya menyadarkan kita supaya kita tidak pernah membalas kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita. Ketika kita mengampuni kesalahan orang terhadap kita, maka hidup kita lebih tenang, daripada membalaskan kesalahan orang lain. 

Untuk itu saudara/i terkasih lewat injil hari ini marilah kita senantiasa mengampuni segala kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap kita.

Senin, 15 September 2025

Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka

Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 15 September 2025
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita


Maria, Bunda Teladan Kesetiaan Dalam Berduka
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve,

Selamat memasuki Minggu ketiga pada Bulan Kitab Suci Nasional ….
 

Bapak-ibu terkasih, hari ini Gereja mengenang Santa Perawan Maria Berdukacita. Sehari setelah perayaan Salib Suci, kita diajak menatap sosok Maria, seorang ibu yang teguh berdiri di bawah salib Putranya. Kesetiaannya tidak hanya tampak ketika menerima kabar gembira dari malaikat, tetapi juga ketika harus menanggung pahitnya kehilangan. Meski telah kehilangan, namun imannya tetap teguh. Maria mengajarkan kita bahwa iman sejati bukan hanya bertahan di saat penuh sukacita, tetapi juga saat diliputi duka dan penderitaan. Ia tidak menolak kehendak Allah, melainkan tetap yakin bahwa di balik salib ada rencana keselamatan yang jauh lebih agung. Duka yang dialaminya bersatu dengan penderitaan Kristus yang membawa penebusan bagi dunia.

Bapak-ibu yang terkasih, dalam kehidupan kita pun ada kalanya kita harus memanggul salib baik dalam bentuk sakit penyakit, kesulitan hidup, persoalan keluarga, maupun pergumulan batin. Dari Maria kita belajar untuk tidak menghindari duka, melainkan menghadapinya dengan iman. Penderitaan bisa menjadi jalan rahmat jika kita mempersatukannya dengan salib Kristus. Dengan demikian, duka bukan lagi tanda putus asa, melainkan kesempatan untuk merasakan kasih Allah yang memberi kekuatan. 

Bapak-ibu yang terkasih, melalui peristiwa Yesus di Salib oleh orang yang di kasihi-Nya dan kesetiaan Bunda Maria sebagai Hamba Tuhan, dapat kita teladani bahwa dalam setiap pergumulan hidup Iman adalah Jembatan tak terlihat yang menghubungkan hati kita dengan Rencana Besar Tuhan, meskipun kita sering tidak dapat memahaminya. Iman menjadi dasar pegangan hidup kita untuk tetap percaya bahwa di balik duka yang kita terima, ada rencana teramat indah dari-Nya. Semoga melalui peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita ini, kita semakin diteguhkan untuk meneladani kesetiaan Maria: tetap percaya meskipun hati sedang terluka. Sebab iman kita dipanggil untuk bertumbuh, bukan hanya ketika terang hadir, tetapi juga ketika kegelapan melingkupi hidup.


Refleksi Pribadi : 

  • Bagaimana sikap saya ketika menghadapi penderitaan atau duka dalam hidup? Apakah saya lebih sering mengeluh, ataukah berusaha melihatnya dalam terang iman?
  • Apa arti salib dalam kehidupan saya sehari-hari, dan bagaimana saya bisa memaknai penderitaan sebagai jalan menuju kedekatan dengan Allah?
  • Dari pengalaman pribadi, adakah momen di mana saya merasakan kehadiran Tuhan justru di tengah penderitaan?
  • Apa langkah nyata yang bisa saya lakukan hari ini untuk menguatkan orang lain yang sedang berada dalam duka atau kesulitan?

Senin, 08 September 2025

HAL MENGIKUT YESUS

Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Dalam pelayanan: apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.


Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 08 September 2025
Lukas 14:25-33

HAL MENGIKUT YESUS
Oleh : Iwan Harjo Saruksuk, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau
 
 
Salve…
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini menantang kita dengan kata-kata Yesus yang keras: "Jikalau seseorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci ayahnya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki, saudaranya perempuan, bahkan dirinya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Sekilas terdengar seolah Yesus meminta kita memutuskan kasih dengan keluarga. Namun sesungguhnya, Yesus ingin menekankan prioritas mutlak: kasih kepada-Nya harus di atas segala kasih yang lain. Apa Artinya Mengikut Yesus? Yesus tidak mencari pengikut yang setengah hati. 
 
Menjadi murid-Nya bukan hanya soal mendengar pengajaran-Nya atau kagum pada mukjizat-Nya, melainkan soal komitmen total. Kasih yang utama: kasih kepada Kristus menjadi sumber kasih sejati untuk keluarga kita. Bila Kristus diutamakan, kasih kita pada keluarga justru akan lebih murni. Memikul salib: artinya siap menanggung penderitaan, penolakan, atau pengorbanan demi tetap setia pada Injil. Menghitung biaya: Yesus mengibaratkan seperti orang yang hendak membangun menara atau raja yang hendak berperang. Mengikut Yesus bukan jalan pintas menuju kemudahan, tetapi jalan yang menuntut kesiapan dan kesadaran penuh.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus tantangan bagi Orang Dewasa dalam keluarga Apakah kita lebih sibuk mengejar harta, prestasi, atau kenyamanan, sampai melupakan doa dan Kristus sebagai pusat rumah tangga? Dalam pekerjaan: Apakah kita rela jujur meski harus kehilangan keuntungan? Apakah kita berani menolak korupsi, walau berarti kita harus memikul "salib" berupa tekanan dari atasan atau rekan kerja? Dalam pelayanan: Apakah kita melayani karena cinta kepada Kristus, ataukah demi gengsi, jabatan, dan pengakuan? Yesus mengingatkan: tanpa kesiapan memikul salib dan melepas keterikatan, kita tidak bisa sungguh menjadi murid-Nya.
 
Menghitung Biaya Mengikut Kristus, Yesus tidak mau pengikut yang ikut hanya karena kagum atau ingin berkat. Ia ingin murid yang sadar konsekuensi. Seperti orang yang menghitung biaya sebelum membangun menara, kita pun harus menghitung: Apakah saya siap berkorban waktu, tenaga, dan kenyamanan demi iman saya? Apakah saya rela kehilangan sesuatu demi setia pada Kristus Apakah saya sadar bahwa mengikut Kristus bisa berarti melawan arus dunia? 

Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini mengajak kita untuk serius dan sadar penuh dalam mengikuti Yesus. Menjadi murid-Nya berarti: Menempatkan Dia di atas segalanya, bahkan di atas keluarga dan diri sendiri. Siap memikul salib dengan sabar. Melepaskan keterikatan pada harta duniawi. Kiranya Roh Kudus memberi kita hati yang berani, agar kita tidak takut memikul salib, dan memberi kita cinta yang tulus, agar Kristus selalu menjadi pusat hidup kita. Amin


Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan


Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan. 

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Rabu, 03 September 2025

Maria : Jiwaku Memuliakan Tuhan
Oleh : Repelita Br Sembiring
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Pada hari Minggu, kita merayakan Santa Perawan Maria diangkat kesurga. Maria Adalah Perempuan yang Istimewa, karena Ia dipilih Allah untuk menjadi perantara hadirnya Yesus, penyelamat dunia. Maria Adalah pribadi dengan iman yang hidup. Hal itu tampak dalam pujiannya kepada Allah “Magnificat” seperti yang kita dengar dalam Injil. Ia memuji Allah bukan hanya karena Allah berkarya dalam dirinya, tetapi juga Maria bersyukur karena ia melihat karya-Nya Allah dalam diri orang lain, lebih dalam diri mereka yang lapar, terbelenggu, tertindas dan menderita.


Apabila kita menelaah Lukas 1:39-56, maka berpusat pada perjumpaan Maria dan Elisabet, yang menunjukkan pentingnya iman, kerendahan hati, dan kuasa Allah yang membalikkan keadaan orang-orang yang rendah hati. Maria, yang beriman, pergi mengunjungi Elisabet yang lebih tua untuk berbagi sukacita dan mengalami penggenapan janji Tuhan. Magnificat Maria adalah pujian atas perbuatan besar Allah, yang meneguhkan bahwa Allah menjatuhkan yang sombong dan meninggikan yang rendah, serta mengisi orang lapar dan menyuruh orang kaya pergi dengan tangan kosong.


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita hanya bersyukur Ketika Allah mengabulkan doa atau memenuhi permintaan kita. Namun, mungkin kita kurang ikut bersyukur atas karya-Nya baik Allah dalam diri orang lain, seperti Maria kita diajak untuk belajar melihat karya-Nya Allah diluar diri kita dan turut mensyukuri dalam doa-doa kita. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Allah senantiasa meneladani Bunda Maria yang tulus hati berdoa melaksanakan perintah Allah serta taat terhadap kehendak Allah baik suka maupun duka sehingga memperoleh tempat di Surga. 

 

Apa Respons Maria? Setelah menyalami Elisabet, Maria menyanyikan kidung Magnificat sebagai respons penuh sukacita dan pujian atas tindakan Tuhan dalam hidupnya. Magnificat menjadi inspirasi untuk doa pribadi dan keluarga, mendorong umat untuk merenungkan tindakan Allah dalam kehidupan mereka dan menunjukkan rasa syukur serta kerendahan hati. Magnificat dalam revolusi moral menekankan nilai kerendahan hati dan menjauhkan diri dari kesombongan.

Selasa, 02 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 01 September 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional…

Bapak-ibu yang terkasih, Perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) setiap bulan September memberi makna yang sangat kuat terhadap bacaan Injil hari ini. Melalui BKSN, Gereja Katolik di Indonesia mengajak umat beriman untuk semakin mencintai, membaca, merenungkan, dan menghidupi Kitab Suci. Dalam terang BKSN, kita pun diajak menyadari bahwa setiap kali membaca dan merenungkan Kitab Suci, Allah sebenarnya sedang berbicara secara pribadi kepada kita. Sabda itu bisa berupa penghiburan bagi yang berduka, semangat bagi yang lemah, teguran bagi yang salah arah, dan pengharapan bagi yang terpuruk. 

Bapak-ibu yang terkasih, hari ini kita diajak merenungkan tentang Yesus yang datang ke Nazaret, tempat di mana Ia dibesarkan. Di sinagoga, Ia membacakan nubuat Nabi Yesaya: Roh Tuhan ada pada-Nya, untuk membawa kabar gembira bagi orang miskin, pembebasan bagi tawanan, penglihatan bagi yang buta, dan kemerdekaan bagi yang tertindas. Namun, alih-alih bersukacita, orang-orang sebangsanya justru menolak Dia. Mereka tidak bisa menerima bahwa Allah bekerja melalui seseorang yang mereka kenal sejak kecil. Inilah salah satu kelemahan manusia: sulit melihat karya Allah dalam hal-hal sederhana dan orang-orang yang dekat dengan kita. Yesus mengingatkan kita bahwa pewartaan Injil tidak hanya berhenti di lingkungan sendiri, tetapi harus terbuka bagi semua orang. 

Hari ini kita juga diajak untuk membuka hati, agar jangan menutup diri pada karya Allah hanya karena Ia hadir dalam cara yang sederhana mungkin lewat teguran seorang teman, nasihat orang tua, atau bahkan pengalaman sehari-hari yang tampak biasa. Sebagai refleksi pribadi, pada Bulan Kitab Suci Nasional ini menjadi kesempatan indah untuk bertanya kepada diri sendiri: sudahkah saya memberi waktu untuk membaca Kitab Suci setiap hari? Apakah saya membiarkan Sabda Allah hanya lewat begitu saja, atau sungguh mengubah cara saya berbicara, bersikap, dan bertindak? Apakah saya berani membawa kabar baik kepada sesama dalam kesederhanaan hidup sehari-hari?  Marilah kita sama-sama merenungi setiap pertanyaan refleksi tersebut di hati masing-masing.



Kakanwil Kemenag Riau Sapa Umat Katolik Via Zoom dan Beri Imbauan

Riau (Kemenag) — Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Riau, Muliardi, menyapa tokoh dan lembaga keagamaan katolik serta ormas katolik, ASN dan non ASN katolik sekaligus mengajak untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu yang berpotensi memecah belah persatuan masyarakat, Senin (01/09/25).

“Mari kita mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan suasana aman, damai dan harmonis. Jangan mudah kita terprovokasi, oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ucap Muliardi.

Di kesempatan yang sama, Alimasa Gea juga mengimbau agar umat katolik siap menjadi corong untuk menjaga kondusivitas dan menjaga NKRI. Ia mengingatkan peserta rapat untuk lebih bijak dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar, terutama di media sosial. 

Alimasa Gea menambahkan agar umat katolik di berbagai wilayah khususnya di provinsi Riau menjadi corong perdamaian sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kasih kepada sesama.

“Imbauan yang disampaikan Kakanwil Kemenag tadi agar di sampaikan ke daerah kita masing-masing. Selain itu, ada juga imbauan dari Ketua KWI Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin, meminta semua pihak menahan diri dari berbagai godaan untuk melakukan tindakan provokatif dan kriminal yang menimbulkan kerusakan dan kerugian serta mengganggu perdamaian dan persatuan bangsa.”  Tutup Pembimas Katolik Riau.



Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil


Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu! Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 



Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Kamis, 28 Agustus 2025

Pergi  Ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil
Oleh : Marlina Ginting, S.Ag
Penyuluh  Agama Katolik Non PNS Kanwil Kemenag Prov. Riau

 

Salve…
Bapak ibu, saudara/i yang terkasih.
Ada satu pertanyaan yang kadang kita ajukan kepada Tuhan. 
Tuhan sedikit sajakah  orang yang diselamatkan?  Pertanyaan ini dapat menguncang hati kita. Apakah kita masuk  dalam bagian yang diselamatkan atau tidak.  Atas pertanyaan tersebut Tuhan  memberikan nasihat tentang apa yang harus kita lakukan , “ Berjuanglah untuk masuk  melalui pintu yang sempit itu!” 
Pintu yang sempit  adalah sebuah kiasan bahwa keselamatan tidak dapat dicapai dengan mudah butuh perjuangan, kesetiaan, kerendahan hati.  Pintu yang sempit mencerminkan komitmen total kepada Allah bukan sekedar pengakuan iman dengan kata-kata saja. Ini menuntut kesetiaan  dalam hidup. Yesus memperingatkan bahwa kesempatan tidak abadi , mereka yang datang terlambat  bisa menemukan pintu yang sudah tertutup  dan sukar untuk masuk kembali. Ini mengingatkan bahwa waktu untuk bertobat adalah sekarang, bukan nanti.  

Di zaman sekarang pintu yang sempit bisa berarti, budaya instan, kesenangan sesaat,  hedonisme,  dunia digital, hiburan  media sosial  yang  tidak sesuai yang dapat menjerumuskan hidup kita. 

Kehidupan iman menuntut  kedisplinan doa, sakramen dan pelayanan nyata bukan sekedar simbol atau status. 

Umat yang dikasihi Yesus. Bacaan dari ibrani mengajak kita melihat bahwa kehajaran rohani bukanlah hukuman, melainkan ungkapan kasih Bapa. Didikan itu menyakitkan namun dirancang untuk keteguhan iman. Yesaya mengingatkan bahwa  Allah memiliki rencana menyelamatkan umat  dari seluruh bangsa, mereka yang selamat menjadi saksi kemuliaan Allah. 

Sebagai umat Allah yang baik apa yang harus kita lakukan dalam hidup sehari-hari  supaya kita termasuk dalam bagian orang-orang yang diselamatkan?  Kita perlu evaluasi  diri hidup sehari-hari, apakah kita sudah hidup dalam iman yang nyata atau sekedar dimulut saja. Hidup sebagai anak Allah dan terbuka pada koreksiNya, sesegera mungkin bertobat,  jadilah saksi Allah dalam komunitas dan lingkungan kita.

Tuhan beserta kita.

Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati

Sebagai manusia biasa kita pun bisa jauh dari Tuhan ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Apa hasilnya? Harta duniawi bersifat sementara dan dapat hilang, sedangkan harta surgawi adalah kekayaan rohani yang abadi dan berharga di mata Tuhan.

 

Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Senin, 25 Agustus 2025

Iman yang Tulus dan Bersikap Rendah Hati
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 
Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Salve, Damai Sejahtera untuk kita semua… 


Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, dalam injil hari ini Yesus menegur keras orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena hidup mereka tidak selaras dengan pengajaran yang mereka sampaikan. Mereka tampak saleh di depan orang lain, tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Mereka lebih sibuk menjaga aturan dan penampilan luar, namun lupa pada inti iman: kasih, kerendahan hati, dan kesetiaan kepada Allah. Injil hari ini mengingatkan kita, bahwa sebagai manusia biasa kita pun bisa jatuh dalam sikap serupa ketika lebih mementingkan citra diri di mata orang lain daripada kebenaran di hadapan Allah. Kita bisa saja aktif melayani, tekun dalam doa, atau rajin mengikuti kegiatan rohani, tetapi jika semua itu hanya untuk dipuji, maka kita sedang menutup pintu Kerajaan Allah bagi diri kita sendiri. 

Bapak/ibu  yang  terkasih,  hari  ini  Yesus  kembali  mengingatkan,  bahwa  iman  sejati  tidak  diukur  dari banyaknya kata-kata indah atau aturan yang kita jaga, tetapi dari hati yang sungguh terbuka bagi Allah dan sesama.  Iman  sejati  selalu  menghasilkan  buah:  kerendahan  hati,  kejujuran,  kasih,  dan  kesediaan  untuk melayani.  Dihadapan  Tuhan,  kita  semua  sama  di  mata-Nya  tanpa  memandang  gender,  suku,  golongan maupun jabatan dalam pekerjaan.  

Kita  tidak  perlu  sibuk  untuk  mencari  berbagai  pengakuan  dari  dunia.  Cukup  setia,  tulus,  beriman  dan lakukan semua yang terbaik. Karena sejatinya, Tuhan lebih mengenal dan memahami apa yang ingin kita perbuat dan niat dalam diri kita. Jika kita melaksanakan berbagai tugas dari rumah maupun tempat kerja dengan hati yang tulus, maka kita pun akan semakin merasakan kedekatan jiwa dengan-Nya. Tiada yang mustahil bagi Tuhan. 


Refleksi Pribadi : 

  • Apakah aku sungguh menjalani imanku dengan hati yang tulus, atau hanya menjaga penampilan agar dilihat baik oleh orang lain? 
  • Apakah sikap hidupku saat menolong orang lain, membuatku semakin dekat dengan Tuhan, atau justru menjadi batu sandungan bagi mereka? 
  • Renungkanlah, apa saja tindakan yang sudah dilakukan untuk melayani sesama, dengan tulus tanpa mengharapkan pujian dari orang lain? 

Serahkan Penetapan Registrasi Gereja, Pembimas Katolik Ingatkan Pentingnya Membangun sinergi


Riau (Kemenag) — Gereja Katolik Stasi Santo Yosef Pekaitan yang berada di wilayah Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) menerima Surat Penetapan Registrasi Gereja dari Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Prov Riau, Alimasa Gea. Surat penetapan registrasi gereja tersebut diterima langsung oleh Pastor Kepala Paroki, P. Martinus Suparjiya, Pr dan didampingi beberapa pengurus gereja, Sabtu (23/08/25).

Penyerahan Surat Penetapan Registrasi Gereja Stasi Santo Yosef Pekaitan bertepatan dengan Peresmian Gereja Stasi Santo Yosef Pekaitan serta  penerimaan Sakramen Krisma beberapa umat sehingga dihadiri uskup keuskupan padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin, S.X, Vikaris Jenderal Kevikepan Riau Pastor Emilius Sakoikoi, para pastor, suster, rombongan bimas katolik, pemerintah setempat, para undangan, pengurus gereja dan umat.

Alimasa Gea menyampaikan bahwa kehadiran pemerintah melalui Bimbingan Masyarakat Katolik dalam acara Keagamaan Katolik merupakan bentuk pengakuan negara. Sesuai dengan tusi dan fungsi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Kemenag RI  mengeluarkan Badan Hukum Gereja dan Registrasi Gereja yang menegaskan kepada publik bahwa Rumah Ibadah atau Gereja Katolik berkarya dalam bidang Peribadatan, Pastoral, Pewartaan Iman, Sosial Keagamaan, Pendampingan Spiritual, dan Pendidikan yang ditandai dengan palang registrasi dan data dukung untuk dalam proses pengurusan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). 

“Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2) menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadat sesuai agamanya, serta negara menjamin kemerdekaan itu. Dengan demikian, marilah kita jaga kesatuan dan persatuan bangsa dengan menebar kebaikan dan kasih kristus Yesus,” ucap Alimasa

Pembimas Katolik juga mengingatkan untuk membangun sinergi ke semua pihak dengan menciptakan komunikasi dan kolaborasi yang terbuka, memberikan contoh nyata melalui tindakan yang baik dan mendorong partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan khususnya di kabupaten rokan hilir yang kita cintai ini.




 


Popular Posts