Minggu, 06 Juli 2025

Kelemahan Menjadi Kekuatan

Prasangka, kebiasaan, dan keterikatan emosional kadang mengaburkan mata iman kita. Akibatnya, seperti yang dikatakan Injil hari ini, Yesus tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana karena kurangnya iman mereka. Namun dalam Bacaan Kedua, Paulus menegaskan bahwa dalam kelemahan, kuasa Allah justru nyata. 
 
Renungan Penyuluh Agama Katolik 
Minggu, 06 Juli 2025 

KELEMAHAN MENJADI KEKUATAN 
Oleh : Christina Angela Girsang, S.Pd 

Penyuluh  Agama Katolik ASN Kanwil Kemenag Prov. Riau


Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Ketika kita menyadari keterbatasan diri dan berserah kepada Tuhan, kuasa-Nya akan sempurna dalam kelemahan kita, membuat kita kuat bukan karena kekuatan sendiri, tetapi karena kekuatan Tuhan yang bekerja melalui kita. Setiap manusia memiliki kelemahan dan kekurangan. Ini adalah bagian dari kodrat manusia. Jangan mencoba menyembunyikan atau menutupi kelemahan, tetapi terimalah dan hadapilah dengan jujur. Dalam  2 Korintus 12:9 menyatakan, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Kelemahan kita menjadi panggung bagi kemuliaan Tuhan untuk dinyatakan. Ketika kita merasa lemah, sebenarnya kita sedang membuka diri agar kuasa Tuhan bekerja lebih nyata dalam hidup kita

Dalam Injil hari ini, Markus 6:1-6 Yesus kembali ke kampung halamannya di Nazaret. Alih-alih disambut dengan sukacita, Ia justru ditolak oleh orang-orang yang merasa terlalu mengenal-Nya: “Bukankah Ia ini tukang kayu?” Mereka tersandung oleh kenyataan bahwa Mesias ternyata begitu biasa di mata mereka. Yesus pun heran karena ketidakpercayaan mereka. Ia tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana, bukan karena Ia tidak mampu, tetapi karena hati mereka tertutup. Penolakan Yesus di kampung halamannya menggambarkan betapa sulitnya bagi kita untuk menerima kebenaran ketika datang dari orang-orang yang kita kenal. Dalam Nats Alkitab ini diberitahu kekita bahwa Ketika kita memiliki prasangka tentang seseorang, kita akan sulit mengenalnya secara utuh. Terlebih lagi bila prasangka itu berasal dari sumber lain dan bukan pribadi itu secara langsung. Begitu juga pengenalan kita akan Yesus. Apakah kita sudah benar-benar mengenal-Nya?

Bapak-ibu yang terkasih dalam Kristus. Prasangka, kebiasaan, dan keterikatan emosional kadang mengaburkan mata iman kita. Akibatnya, seperti yang dikatakan Injil hari ini, Yesus tidak dapat melakukan banyak mukjizat di sana karena kurangnya iman mereka. Namun dalam Bacaan Kedua, Paulus menegaskan bahwa dalam kelemahan, kuasa Allah justru nyata. Ketika kita merasa lemah, tidak layak, atau bahkan ditolak seperti Yesus, di situlah rahmat Tuhan bekerja paling kuat. Hal ini mengingatkan kita untuk membuka hati terhadap karya Allah, di mana pun dan melalui siapa pun Ia bekerja. Tuhan bisa berbicara melalui orang biasa dalam hidup kita baik keluarga, sahabat, bahkan orang yang sering kita abaikan. Saudara-saudari, kita perlu menenangkan diri dan menyelidiki hati dan pikiran kita. Datanglah kepada Tuhan dengan kerelaan untuk mengubah prasangka dan dengan keterbukaan untuk menerima pesan-Nya.


Refleksi :
  • Apakah aku pernah meremehkan orang lain karena latar belakang atau penampilan luarnya?
  • Bagaimana tindakan kita dalam menyikapi kelemahan pribadi, apakah kita membiarkan Tuhan bekerja melalui kekurangan kita?
  • Bagaimana pula tindakan kita dalam menyikapi kekuatan yang diberikan oleh Allah, apakah kita akan menyombongkan kelebihan tersebut?
  • Lantas apa yang harus kita lakukan bila melihat kekurangan yang sama pada sesama atau saudara kita dalam mengembangkan potensi dalam dirinya?

Popular Posts